p>Humans as socio-cultural creatures can never be separated from the use of symbols, including symbols related to linguistics, which are used as sacred symbols in Hinduism in Bali, namely scripts, both Wreastra and Wijaksara Scripts. Hindus in Bali, for the most part, consider that the Wreastra script is only an ordinary script, which has no philosophical meaning, making researchers interested in studying the philosophical meaning in the Wreastra Script that is accompanied by the study of Wijaksara Script. Starting from this background, there are several research problem formulations, namely what is the meaning of the Wreastra and the Wijaksara Scripts in Hinduism. To answer these problems, the researcher use structural theories, semiotic theories, and theories of meaning. This type of research is qualitative research, with a philosophical-symbolic approach. The results of this study are the Wreastra and Wijaksara scripts have a meaning as worship to the God with all its manifestations adjusted to the script used. The application of the Wreastra and Wijaksara scripts in religious ritual activities in Bali as part of socio-religious activities can be seen from its use in the Rerajahang Kajang, Ulap-Ulap and Pecaruan rites. The conclusion that can be drawn is that the Wreastra and Wijaksara scripts have a high philosophical meaning of God, so that in writing and its use is not arbitrary, always starting with prayer of worship to the God.
RsiGhana berarti golongan atau kelompok resi (Mardiwarsito, 1978:279).Rsi Ghana terdiri atas kata rsi dan ghana. Rsi berarti 'pendeta; dewa'. Ghana berarti 'makhluk setengah dewa; angkasa; langit' (Suparlan, 1988:38,79). Yang dimaksud dengan kelompok resi adalah kekuatan Dewata Nawa Sanga yang bergabung menjadi satu dalam tubuh Dewa Ghana.Makhluk setengah dewa dimaksudkan sebagai apa yang di maksud nawa dewata1. apa yang di maksud nawa dewata2. coba uraikan pengertian nawa dewata!3. Apakah kendaraan dewa wisnu dalam nawa dewata?4. manusia yang di lahirkan dengan sifat kedewataan disebut5. sebutkan pura pura khayangan jagat tempat pemujaan nawa dewata6. apa Isi dari nawa cita 7. Nawa Dewata merupakan pancaran dari sifatnya Agung Sadha Siwa, yang dilukiskan dengan singgasana teratai yang berhelai daun delapan yang disebut dengan 8. Nawa dan Sunny ke mesjid bersama. nawa melihat mukena Sani kotor mukena seni terkena kotoran hewan Bagaimana sebaiknya sikap nawa9. Dampak larutan penyanga jika pH mengalami perubuhan di dalam tubuh10. Sistem tubuh yg berfungsi sebagai penyanga,pemberi bentuk tubuh dan alat gerak fasif...11. apa yang dilakukan ajisaka setelah melilit kuat tubuh prabu dewata cangkartolong bantuin jangan asal 12. Mujib hendak pergi ke masjidmelaksanakan salat Magrib. Mujibmengajak adiknya bernama Nawapergi ke masjid. Nawa masih berumur4 tahun. Nawa mengenakan mukenauntuk menutup aurat. Nawa juga telahber-wudu' sebelum berangkat kemasjid. Saat tiba di masjid, Mujibmeminta Nawa agar tenang saat hukum salat yang dikerjakanNawa? Jelaskan!tolong ya13. Hubungan dan keterkaitan hyang widhi wasa dengan nawa dewata dimuat dalam kitab??? A brahma upanisad B sweta swatara upanisad C candogya upanisad D aranyaka upanisad Yg mana?? Btw ini agama hindu14. Geguritan kasebut kasusun dening gatra cacah sanga kang istilah liya arane gita a nawa gatra b sapta gatra c dasa gatra d sad Ilmu yang mengajarkan tentang senjata, atau Senjata Dewata Nawa Sanga disebut… *A. Dhanur VedaB. UpavedaC. Gandharva VedaD. Artha Sastra,,plis tolong jawab kak, ini soal agama hindu 16. Mengapa hak asasi manusia sanga di lindungi keberadaan nya.?17. nawai dalam bahasa indonesia18. Sembilan Dewa yang menguasai Sembilan penjuru arah mata angin adalah… * a. Dewata b. Panca Dewata c. Dewata Nawa Sanga d. Tri Murti Sifat Sang Hyang Widhi adalah…. * a. Universal b. abadi c. Menyeluruh d. sementara Ketika Dewa Wisnu turun kedunia untuk menyelamatkan dunia beserta isinya berwujud Babi Hutan untuk membasmi raksasa Hiranyakasipu yang bermaksud ... * a. Membakar dunia b. Melempar dunia ke laut c. Menghancurkan dunia d. Memangsa alam dan isinya AGAMA HINDU PILIHAN GANDA19. Sifat tokoh Prabu dewata cengkar dan mbok randha cengkar dari cerita Aji Saka ara ara kesanga20. Arti dari dewata topasia Arti dari dewata topasia 1. apa yang di maksud nawa dewata Nawadewata Sembilan Dewa atauDewata Nawa Sangha adalah sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin dalam konsep agama Hindu Dharma di Bali. Sembilan penguasa tersebut merupakan Dewa Siwa yang dikelilingi oleh delapan aspeknya. 2. coba uraikan pengertian nawa dewata! Nawa dewata sembilan dewa ataun dewata nawa sangha adalah 9 penguasa di setiap penjuru mata angin dalan konsep agama hindu dharma di bali. maaf kalo ada kesalahan 3. Apakah kendaraan dewa wisnu dalam nawa dewata? garuda... maaf kalo slah 4. manusia yang di lahirkan dengan sifat kedewataan disebutJawabanAsuri Sampad PenjelasanAsuri Sampad atau Asuri Sampat adalah sifat keraksasaan yaitu manusia dengan sifat-sifat buruk asubha karma yang sebagaimana disebutkan hendaknya diusahakan di-”somiya” sehingga dapat berubah menjadi Daiwi Sampad sifat kedewataan agar dapat hidup makmur dan sampadPenjelasanDaiwi Sampad Daiwi Sampat adalah sifat manusia yang dipengaruhi oleh sifat-sifat kedewataan yang mengakibatkan atau mendorong manusia untuk berbuat mulia baik, bjaksana dan untuk itulah pengendalian diri seperti mulat sarira sebagaimana dijelaskan oleh acarya waktra yaitu dengan introspeksi diri, yakni menilai kembali perbuatan atau keberhasilan dan kegagalan kita masa lalu, sangatlah penting artinya untuk keseimbangan dan keselaranan kedamaian hidup kita. Segala perbuatan baik subha karma perlu dilestarikan dan dikembangkan sedangkan segala kesalahan keburukan, perbuatan tidak baik asubha karma patut tidak dilakukan dan dilenyapkan. Dengan mendapat pengaruh positif dari Daiwi Sampad ini sehingga sinyal-sinyal dari Panca Buddhindriya yang masuk pada Tri Antah Karana, disebutkan juga akan membentuk “selubung Suksma Sarira” yang disebut Panca Tan unsur benih kehidupan di dunia ini akan selalu mengingatkan bahwa ada proses,tujuan hidup dan ikatan yang hendaknya disebutkan harus selalu diingat seperti halnya disebutkan Sifat-sifat buruk asubha karma manusia hendaknya diusahakan di-”somiya” melalui pecaruan sehingga Asuri Sampad keraksasaan dapat berubah menjadi Daiwi Sampad sifat kedewataan Dengan prosesi Nyomia dalam hal menetralisir kekuatan - kekuatan jahat agar menjadi suatu kekuatan yang baik dan berguna bagi diri manusia itu sendiri dan kehidupan di alam semesta ini seperti contoh-contoh sifat Daiwi Sampad disebutkan serik antari yaitu 1. rajin membantu orang tua2. hormat dan patuh terhadap orang tua3. hormat dan sayang kepada guru4. taat beragama5. rajin belajar dan bekerja6. bersosialisasi di masyarakat dengan baik7. mencintai alam semesta8. berkata, berprilaku yang sopan;9. Seperti halnya dalam norma penggunaan busana adat Bali, haruslah bersih, rapi dan sopan sesuai dengan perkembangan ; buku paket agama hinduTambahanSemoga membantu dan Jadikan Jawaban tercerdas 5. sebutkan pura pura khayangan jagat tempat pemujaan nawa dewata pura besakihpura lumajangpura rambut siwi 6. apa Isi dari nawa cita Berisi rencana pembangunan nasional yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Dimana berusaha memperbaiki 3 sektor yang dianggapnya krisisNawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, nawa sembilan dan cita harapan, agenda, keinginan. Dalam konteks perpolitikan Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014, istilah ini merujuk kepada visi-misi yang dipakai oleh pasangan calon presiden/calon wakil presiden Joko Widodo/Jusuf Kalla berisi agenda pemerintahan pasangan itu. 7. Nawa Dewata merupakan pancaran dari sifatnya Agung Sadha Siwa, yang dilukiskan dengan singgasana teratai yang berhelai daun delapan yang disebut dengan Disebut dengan Padma Asta Dalasemoga membantuC. Padma asta dalaWkwkwk 8. Nawa dan Sunny ke mesjid bersama. nawa melihat mukena Sani kotor mukena seni terkena kotoran hewan Bagaimana sebaiknya sikap nawaJawabanSebaiknya Nawa memberi tahu Sani bahwa mukenanya terkena kotoran hewan agar Sani mengganti mukenanya, karena kotoran hewan hukumnya najis. 9. Dampak larutan penyanga jika pH mengalami perubuhan di dalam tubuh larutan asam atau basah kita akan naik 10. Sistem tubuh yg berfungsi sebagai penyanga,pemberi bentuk tubuh dan alat gerak fasif... sendi ,tulang,dan ototsistem tubuh yg berfungsi sebagai penyangga, pemberi bentuk tubuh, dan alat gerak fasif adalah tulang dan sendi 11. apa yang dilakukan ajisaka setelah melilit kuat tubuh prabu dewata cangkartolong bantuin jangan asal Jawabanmelempar tubuh prabu dewataPenjelasanSaat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kedzalimannya. Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka jauh dan setelah sorban ajisaka melilit tubuh Dewata Cengkar, Ajisaka kemudian melemparkan tubuh Dewata Cengkar ke laut selatan dan hilang ditelan ombakPenjelasanSemoga membantu,Jadikan jawaban tercerdas ya kak Jawaban Dicatat pahala baginyaPenjelasanSeperti yang disebutkan "Ùله اجر Ù…ØÙ„Ù‡"Semoga bermanfaat... 13. Hubungan dan keterkaitan hyang widhi wasa dengan nawa dewata dimuat dalam kitab??? A brahma upanisad B sweta swatara upanisad C candogya upanisad D aranyaka upanisad Yg mana?? Btw ini agama hindu D aranyaka upanisad semoga membantu D ,maaf ya kalo salah 14. Geguritan kasebut kasusun dening gatra cacah sanga kang istilah liya arane gita a nawa gatra b sapta gatra c dasa gatra d sad geguritNy ya mohon maaaf 15. Ilmu yang mengajarkan tentang senjata, atau Senjata Dewata Nawa Sanga disebut… *A. Dhanur VedaB. UpavedaC. Gandharva VedaD. Artha Sastra,,plis tolong jawab kak, ini soal agama hindu Jawaban adalah upaveda dari Yajurveda. Secara umum, Dhanurveda memuat ajaran mengenai bela diri dan senjata. wikipedia 16. Mengapa hak asasi manusia sanga di lindungi keberadaan nya.?Penjelasankarena hak manusia wajib didapatkan setiap manusia itu sebAbnyA kenapa dia harus dilindungismngat 17. nawai dalam bahasa indonesiakepada siapa maap kalo salahJawabanNama Nawawi yang artinya Nisbah berasal dari bahasa Arab. Tren penggunaan nama dari bahasa Arab cukup meningkat dalam waktu terakhir ini karena menarik dan mempunyai makna yang 18. Sembilan Dewa yang menguasai Sembilan penjuru arah mata angin adalah… * a. Dewata b. Panca Dewata c. Dewata Nawa Sanga d. Tri Murti Sifat Sang Hyang Widhi adalah…. * a. Universal b. abadi c. Menyeluruh d. sementara Ketika Dewa Wisnu turun kedunia untuk menyelamatkan dunia beserta isinya berwujud Babi Hutan untuk membasmi raksasa Hiranyakasipu yang bermaksud ... * a. Membakar dunia b. Melempar dunia ke laut c. Menghancurkan dunia d. Memangsa alam dan isinya AGAMA HINDU PILIHAN GANDAJawaban1. d2. b3. cPenjelasanmaaf klo salah, jadikan jawaban terbaik yaa 19. Sifat tokoh Prabu dewata cengkar dan mbok randha cengkar dari cerita Aji Saka ara ara kesangaJawabansoal ceritanya tolong dilampirkan biar lebih jelas lagi 20. Arti dari dewata topasia Arti dari dewata topasiaJawabanArti dewata topasia Bali, pulau terbaik se Asia klo salah ya..Teks lontar Tutur Bhagawand Agastya Prana is one of the tattwa lontar which is siwaistik where god siwa has the highest position and is the origin of human creation Bhuwana alit. Lontar said Bhagawand Agastya Prana explained the initial concept of human birth came from the process of conception, farmer meeting kama putih and kama bang seeds wich will produce embryos sanghyang antigajati. According to biology or science it explains that the birth process of manuals begins with the meeting of an egg cell with sperm cells wich later fertilization will occur and eventually fetal formation and developing organs will grow and become perfect humans and be born into the world. The science contained in the texs of bhagawand agstya prana is almost the same as that found in science so it is said to be equivalen. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 66 Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1, Tahun 2018Proses Kelahiran Dalam Teks Bhagawand Agastya Prana dan Kesetaraannya Dengan SienceOlehAnak Agung Raka AsmarianiABSTRACKTeks lontar Tutur Bhagawand Agastya Prana is one of the tattwa lontar which is siwaistik where god siwa has the highest position and is the origin of human creation Bhuwana alit. Lontar said Bhagawand Agastya Prana explained the initial concept of human birth came from the process of conception, farmer meeting kama putih and kama bang seeds wich will produce embryos sanghyang antigajati. According to biology or science it explains that the birth process of manuals begins with the meeting of an egg cell with sperm cells wich later fertilization will occur and eventually fetal formation and developing organs will grow and become perfect humans and be born into the world. The science contained in the texs of bhagawand agstya prana is almost the same as that found in science so it is said to be Words Birth, Bhagawand, Agastya PENDAHULUAN Teks Bhagawan Anggastya Praṇā merupakan salah satu Lontar Tattwa, jenis Tutur yang disajikan dalam bentuk dialog-dialog anatara Bhagawān Anggatya Praṇā dengan kedua putra putrinya. Putra pertama beliau bernama Sang Surabrata dan putri beliau bernama Sri Satyakrětti. Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā merupakan salah satu lontar yang bersifat Sivaistik dimana Tuhan Śiwa memiliki kedudukan tertinggi dan merupakan asal mula dari penciptaan manusia Bhuwana Alit yang disebut dengan Siwatma. Lontar ini memiliki beberapa keunikan tersendiri maka dipandang perlu untuk mengangkatnya sebagai sebuah judul penelitian. Berikut beberapa keunikan yang terdapat dalam Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā menguraikan dengan khusus tentang proses kelahiran dalam lingkup kecil khususnya mengenai proses kelahiran Bhuana Alit manusia yang sesuai dengan pemahaman masyarakat Bali, yaitu dengan menggunakan istilah–istilah keberagamaan lokal yang ada di Bali. Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā dalam menjabarkan ajaran proses Bhagawan Anggastya Prana mengajarkan tentang Konsep kelahiran. Agama Hindu pada awalnya manusia diciptakan melalui sebuah proses kelahiran, Sthiti artinya kehidupan dan dalam sebuah kehidupan sudah pasti manusia yang telah diciptakan dipelihara agar menjadi mahluk yang layak, Pralina yang artinya kematia, ketiga unsur ini merupakan imbang dari Tri Murti yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa beberapa keunikan dari Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā tersebut maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap teks ini, dengan sebuah payung judul ” Proses kelahiran, dalam 67Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1 Tahun 2018Perbedaan antara kedua teks tersebut sudah terlihat dimana teks Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā khusus membahas tentang manusia Bhuana Alit dan teks Lontar Bhuana Sangkṣěpa membahas alam semesta secara menyeluruh Bhuana Agung. Penelitian Widiani dapat dijadikan acuan dasar dalam penelitian ini untuk membahas Konsep Tri 2008 pada jurnal Sphatika IHDN Denapsar dalam tulisannya yang berjudul “Konsep Penciptaan Dunia dan Manusia dalam Wrhaspati Tattwa” menjelaskan mengenai penciptaan di dalam Wrhaspati Tattwa. Dijelaskan bahwa dunia ini berasal dari dua unsur yang sangat berperan penting. Kedua unsur tersebut dikenal dengan Cetana unsur sadar dan Acetana unsur tidak sadar. Selain itu, dijelaskan bahwa Bhatara Śiwa mengolah unsur spirit atau jiwa dan unsur dasar materi menjadi Tattwa yang lebih kasar yaitu citta dan guna. Berdasarkan kedua hal tersebut lahirlah unsur-unsur kasar lainnya sebagai penyusun alam semesta ini. Selain alam semesata ini, manusia pun dijelaskan dalam proses penciptaan alam semesta di dalam Wrhaspati tulisan Ananda dan penelitian ini terletak pada teks yang digunakan sebagai obyek kajiannya. Dimana Ananda mengkaji proses penciptaan yang terdapat pada teks Wrhaspati Tattwa. Sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan teks Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā sebagai obyek kajiannya. Kontribusi tulisan Ananda dalam penelitian ini yaitu sebagai referensi dalam upaya membahas proses penciptaan/kelahiran manusia yang akan diungkap dalam penelitian ini. Penelitian Ananda mengungkapkan proses penciptaan dalam Teks Wrhaspati Tattwa mencakup proses penciptaan alam semesta Bhuana Agung dan manusia Bhuana Alit. Sehingga tulisan Ananda dapat dijadikan acuan yang baik dalam membahas proses penciptaan manusia Mikrokosmos dalam penelitian ini. Wijaya 2011 dalam bukunya yang berjudul ”Tuhan menciptakan Alam Semesta dan Manusia Berserta Bentuk – Bentuk kehidupan Lainnya” Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā”dan kesetaraannya dengan ilmu sience Kajian Teologi. KAJIAN PUSTAKAKajian pustaka merupakan salah satu bagian penting dalam suatu karya ilmiah untuk menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik dan berkualitas. Kajian pustaka meliputi pengidentikasian secara sistematis penemuan dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam kajian pustaka ini, peneliti mencari data pustaka sebagai pendukung khasanah pengetahuan, pustaka pemandu serta menunjukkan perbedaan arah penelitian untuk meminimalisir kesamaan kajian. Pustaka–pustaka yang digunakan dapat berupa buku-buku, karya ilmiah, skripsi, tesis dan sumber bacaan lainnya, yang dipandang perlu dan bermanfaat dalam upaya melaksanakan penelitian ini. Adapun beberapa sumber pustaka atau hasil penelitian yang digunakan sebagai kajian pustaka pada penelitian ini sebagai berikutWidiani 2015 dalam penelitiannya yang berjudul ”Konsep Kosmologi dalam Lontar Bhuana Sangkṣěpa” menjelaskan bahwa Lontar Bhuana Sangkṣěpa merupakan sebuah karya sastra tradisional yang terdapat di Bali. Bhuana Sangksepa ini pada umumnya menjelaskan bahwa Siwa memiliki hakikat tertinggi di alam semesta. Teks ini bersifat Siwaistis dan dikelompokkan ke dalam pengetahuan Tattwa. Penelitian Widiani dapat memberikan kontribusi dalam penelitian ini karena dalam pembahasannya sama–sama membahas tentang teks dalam bentuk lontar yang tertuang pada lontar. Teks kajian Widiani maupun teks kajian penelitian ini sama-sama beraliran Sivaistik dimana Tuhan Śiwa memiliki kedudukan tertinggi dan merupakan asal mula dari alam semesta ini baik macrocosmos maupun microcosmos. Teks Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā membahas secara khusus dan mendetail tentang Konsep Tri Kona mulai dari penciptaan, pemeliharan hingga pengembaliannya pada unsur alam semesta, yang pada teks Bhuana Sangkṣěpa tidak begitu banyak di paparkan. 68 Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1, Tahun 2018dalam buku ini dijelaskan Alam Semesta tentu saja tidak bisa hanya terpatok pada tata surya kita atau bahakan galaksi kita. Alam semesta yang sejauh ini masih dianggap tidak terbatas dimana diperkirakan berisi ratusan juta galaksi yang terdiri dari bintang–bintang seperti “Melweg”yang salah satu ada di KONSEP KELAHIRANKelahiran merupakan sebuah proses yang biasanya terjadi atau dialami oleh seorang wanita. Kelahiran bisa terjadi melalui beberapa proses, misalnya sebelum kelahiran terjadi maka yang terjadi terlebih dahulu adalah terjadi sebuah proses pembuahan yang menyebabkan tumbuhnya sebuah Hindu memiliki berbagai jenis kitab-kitab suci maupun purana-purana yang menyinggung tentang begaimana proses kelahiran mahluk hidup termasuk manusia. Menurut agama Hindu manusia yang pertama terlahir di dunia ini adalah Manu. Melalui beliaulah kemudian lahir mahluk-mahluk lainnya. Berikut ini adalah proses penciptaan mahluk hidup yang tertuang dalam kitab Bṛhadāranyaka Upaniṣad yang penulis kutip dari buku karya Donder, 2007148 sebagai berikutTuhan mempunyai stategi atau cara sendiri dalam membuat jaring-jaring evolusi penciptaan, yaitu dengan cara terlebih dahulu menciptakan gambaran sempurna diri-Nya, yakni menciptakan dirinya menjadi Manu yang wajah-Nya mirip manusia saat ini. Karena Manu mempunyai tugas mencipta, akhirnya Manu membagi diri-Nya menjadi dua yang sebelah kanan menjadi laki-laki dan yang sebelah kiri sebagai perempuan sebagaimana uraian dalam UpaniṣadSa vai naiva reme; tasmād ekāki na ramate; sa dvitiyam aicchat; sa haitāvān āsa yathā stri pumām sau samparisvaktau; sa imam evātmānam dvedhāpatayat, tatah patis ca patni cabhavatām; tasmād idam ardha-brgalam iva svah, iti ha smāha yājnavalkyah; tasmād ayam ākāsah striyā pūryata eva tām samabhavat, tato manusyā ajāyanta Bṛhadāranyaka Upaniṣad karena sendirian sesungguhnya tidak merasa gembira. Karena itu juga, seseorang yang menyendiri tidak merasa gembira. Dia kemudian menginginkan yang kedua, selanjutnya dia menjadi besar sebesar seorang wanita dan seorang laki-laki sedang berpelukan erat. Dia yang menyebakan adanya ātma yang terbagi dua bagian. Maka terjadilah pasangan suami-istri. Oleh sebab itu seperti kata-kata Yajñavalkya, tubuh ini adalah sebagian setengah dari keseluruhan badan tubuh , seperti setengah dari bagian dari buah yang bulat. Karena itulah ruangan dipenuhi oleh seorang istri, dia menjadi menyatu dengan istrinya, dari penyatuannya itu dihasilkan Manu Laki-laki dan Manu Perempuan tersebut ingin berhubungan badan hubungan seks. Keinginan itu mula-mula timbul dari dalam hati sang Manu Perempuan. Namun setelah dipikirkan dan disadari bahwa hal itu tidak benar. Manu Perempuan berpikir kanapa Aku harus berhubungan dengan badan yang telah menciptakan diri-Ku sendiri. Kata Manu Perempuan dalam diri-Nya, ini tidak boleh terjadi, ini bertentangan dengan aturan moral, jangan sampai hal ini terjadi. Jika hal ini terjadi akan menjadi preseden buruk bagi keturunan umat manusia dan Aku dianggap biang keladi yang membenarkan terjadinya hubungan seks dengan saudara kembarnya yang sesungguhnya adalah perzinahan. Sang Manu Perempuan berkir, jika aku tetap dalam status ke-devata-an seperti ini Aku akan dipersalahkan jika Aku berhubungan badan hubungan seksdengan yang menciptakan diri-Ku. Aku harus berstatus sebagai mahluk yang kehilangan sifat ke-devata-an Ku agar Aku tidakdipersalahkan, entoh aku memiliki niat baik untuk menciptakan mahluk. LONTAR BHAGAWAN AGSTYA PRANAKamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga, Lontar dapat diartika Lontar II, 1 pohon 69Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1 Tahun 2018palem; Borassus Flabellifera, 2 daun pohon palem yang dipakai orang untuk menulis cerita dsb, 3 naskah kuno dari daun lontar Poerwadarminta, 2006717. Kata Tutur berarti ucapan, kata, perkataan, -dan kata, ucapan dan kata, -sepatah, kata sepatah, -kata bahasa, cakap, perkataan yang diucapkan, bahasa, bahasa percakapan Poerwadarminta, 20061322.. Berdasarkan pengertian di atas Lontar Tutur secara sederhana dapat dideskripsikan sebagai kumpulan daun ental yang telah dibentuk dan diproses sedemikian rupa yang kemudian digunakan sebagai media dari penulisan. Biasanya sebuah Lontar Tutur memuat tentang esensi ajaran-ajaran keagamaan dan etika kehidupan. Kata Bhagawān Anggastya Praṇā sesungguhnya merupakan nama dari salah satu tokoh yang terdapat dalam lontar ini. Beliau diceritakan. merupakan Brahmana Rěṣi yang telah mencapai kesempurnaan lahir dan batin berkat pengetahuan yoga samadinya. Nama beliaulah yang dijadikan nama atau judul dari lontar ini karena, beliau sendirilah yang mengajarkan atau menuturkan secara langsung ajarannya tentang penciptaan manusia Bhuana Alit kepada anak- anak beliau. Jika diartikan secara etemologi kata, kata Bhagavān dalam kamus Jawa Kuna Indonesia Skt yang berbahagia, beruntung, termasyur, suci, keramat orang suci, orang keramat pendeta passim di depan nama rohaniawan orang yang mulia, terutama seorang raja yang mengundurkan diri dari dunia ramai memasuki kehidupan dunia rohani dan menjadi seorang wiku. Zoetmulder, 199594. Bhagawan artinya sama dengan 1 Tuhan, 2 Awatar,3 Ahli dan 4 Penguasa…, Jendra, 2006 5 dan kata Angga dalam kamus bahasa Bali berarti Angga, I Asi 1 Berarti badan, 2 Ki umpama, - Ning tlaga kasatan toya, umpamakan kolam kekeringan. Mangga berarti berbadan, angganin berarti wakili, angga raksa berarti pelindung jesmani. Angga sarira berarti badan kasar. Gautama, 200924. Prana dapat diartikan 1 Jiwa, 2 Napas, 3 Alat kelamin, 4 Bagian badan yang lemah yang menjadi jalan kematian, -nne kena tumbak karma ia mati, bagian badannya yang lemah kena tombak menyebabkan mati Gautama, 2009508 Berdasarkan beberapa denisi diatas Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā merupakan Lontar Tattwa yang di dalamnya menjelaskan bagaimana proses penciptaan manusia Bhuana Alit, yang terdiri dari Angga badan dan Prana jiwa yang diuraikan lewat tutur dari seorang Brahmana Rěṣi yaitu Bhagawān Anggastya Praṇā kepada kedua putra putrinya yakni Sang Surabrata dan Sri Satyakrětti dengan sebuah dialog yang begitu alot layaknya seorang guru dan muridnya. Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā yang dimaksud dalam penelitian ini yakni teks Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā koleksi UPD Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali. Provinsi Tinggkat 1 Bali-Denpasar, yang telah dialih aksarakan ke aksara latin oleh Ida I Dewa Gěde Catra dan di ketik oleh I Dewa Ayu Mayun Trisnawati menjadi sebuah buku. Konsep Kelahiran Manusia menurut Lontar Tutur Bhagawān Anggastya PraṇāTuhan mempunyai stategi atau cara sendiri dalam membuat jaring-jaring evolusi penciptaan, yaitu dengan cara terlebih dahulu menciptakan gambaran sempurna diri-Nya, yakni menciptakan dirinya menjadi Manu yang wajah-Nya mirip manusia saat ini. Karena Manu mempunyai tugas mencipta, akhirnya Manu membagi diri-Nya menjadi dua yang sebelah kanan menjadi laki-laki dan yang sebelah kiri sebagai perempuan sebagaimana uraian dalam UpaniṣadSa vai naiva reme; tasmād ekāki na ramate; sa dvitiyam aicchat; sa haitāvān āsa yathā stri pumām sau samparisvaktau; sa imam evātmānam dvedhāpatayat, tatah patis ca patni cabhavatām; tasmād idam ardha-brgalam iva svah, iti ha smāha yājnavalkyah; tasmād ayam ākāsah striyā pūryata eva tām samabhavat, tato manusyā ajāyanta 70 Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1, Tahun 2018 Bṛhadāranyaka Upaniṣad karena sendirian sesungguhnya tidak merasa gembira. Karena itu juga, seseorang yang menyendiri tidak merasa gembira. Dia kemudian menginginkan yang kedua, selanjutnya dia menjadi besar sebesar seorang wanita dan seorang laki-laki sedang berpelukan erat. Dia yang menyebakan adanya ātma yang terbagi dua bagian. Maka terjadilah pasangan suami-istri. Oleh sebab itu seperti kata-kata Yajñavalkya, tubuh ini adalah sebagian setengah dari keseluruhan badan tubuh , seperti setengah dari bagian dari buah yang bulat. Karena itulah ruangan dipenuhi oleh seorang istri, dia menjadi menyatu dengan istrinya, dari penyatuannya itu dihasilkan Manu Laki-laki dan Manu Perempuan tersebut ingin berhubungan badan hubungan seks. Keinginan itu mula-mula timbul dari dalam hati sang Manu Perempuan. Namun setelah dipikirkan dan disadari bahwa hal itu tidak benar. Manu Perempuan berpikir kanapa Aku harus berhubungan dengan badan yang telah menciptakan diri-Ku sendiri. Kata Manu Perempuan dalam diri-Nya, ini tidak boleh terjadi, ini bertentangan dengan aturan moral, jangan sampai hal ini terjadi. Jika hal ini terjadi akan menjadi preseden buruk bagi keturunan umat manusia dan Aku dianggap biang keladi yang membenarkan terjadinya hubungan seks dengan saudara kembarnya yang sesungguhnya adalah perzinahan. Sang Manu Perempuan berkir, jika aku tetap dalam status ke-devata-an seperti ini Aku akan dipersalahkan jika Aku berhubungan badan hubungan seksdengan yang menciptakan diri-Ku. Aku harus berstatus sebagai mahluk yang kehilangan sifat ke-devata-an Ku agar Aku tidakdipersalahkan, entoh aku memiliki niat baik untuk menciptakan mahluk. Setelah berkir seperti itu Manu Perempuan merubah wujud menjadi kijang betina. Melihat keadaan itu Manu Laki-laki sebagai kembaran jiwa dan raga Manu Perempuan dapat memahami apa saja yang dipikirkan oleh Manu Perempuan. Menyadari hal itu Manu Laki-laki berubah wujud menjadi kijang jantan. Maka terjadilah hubungan seks persetubuhan antara kijang betina dan kijang jantan yang tidak lain adalah penjelmaan dari Manu. Dengan hubungan seks itu maka lahirlah kijang-kijang yang banyak sekali. Setelah terciptanya kijang-kijang itu, kemudian Manu Perempuan berubah wujud kembali lagi ke wujud seperti semula. Kemudian mereka berdua ingin menciptakan yang lain lagi, maka Manu Perempuan berubah wujud menjadi kuda bertina dan Manu Laki-laki berubah jadi kuda jantan. Dari hasil hubungan seks antara kuda betina dan kuda jantan itu lahirlah kuda-kuda yang banyakSā heyam iksam cakre, katham nu māmāna eva janayitvā sambhavati, hantah tiro sānti, sā gaur abhavat, rsabha tiaras tām sam evabhavat, tati gāvo jāyanta, vadavetarābhavat, tata eka-sapham ajāyata, ajetarābhvat, vasta itarah, avir itarā, mesa itarah, tām sam evābhvat, tato jāvajo jāyanta, evam ava yad idam kim ca mithunam āpipilikābhayah tat sarvam asrjata. Bṛhad-āranyaka istri Manu Perempuan berkir, “bagaimana Aku bisa bersatu dengan-Nya padahal Dia yang menciptakan Aku dari diri-Nya? Baiklah, Aku akan menyembunyikan diri. Dia menjadi sapi betina, dan yang satu-Nya Manu Laki-laki menjadi sapi jantan, yang kemudian bersebadan dengan–Nya, dan dari mereka terlahirlah sapi-sapi. Yang Satu menjadi kuda betina dan yang Satu-Nya lagi menjadi kuda jantan. Yang Satu menjadi keledai betina dan yang satunya lagi menjadi keledai jantan, yang bersebadan dengan-Nya dan dari mereka lahirlah binatang-binatang berkuku satu. Yang satu menjadi kambing betina, yang satu-Nya lagi menjadi kambing jantan, yang satu-Nya menjadi domba betina dan yang satu-Nya lagi menjadi domba jantan dan mereka bersebadan maka dari mereka lahirlah kambing dan domba. Demikianlah Dia menciptakan segala sesuatunya, apa saja yang ada dalam bentuk sepasang, sampai kepada bangsa semut.... Penjelasan tentang proses penciptaan/ 71Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1 Tahun 2018kelahiran manusia seperti tertuang dalam Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā jika kita sepadankan dengan ilmu pengetahuan yang saat ini tengah berkembang. Penjelasan tentang kelahiran manusia yang di uraikan dalam lontar ini mirip dengan ilmu embriology pada manusia atau mirip ilmu tentang kehamilan/kebidanan saat ini. Hanya saja penjelasan dalam lontar ini bersifat penjelasan secara teologi khususnya teologi Hindu. Artinya sejak mulai dari sebelum pembuahan, proses pembuahan, proses perkembangan sygote/zigot, perkembangan janin hingga lahirnya seorang bayi penjelasan pada Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā ini tetap menempatkan Tuhan sebagai sentral atau sebagai pemeran penting dari setiap proses keberlangsungan penciptaan/kelahiran manusia tersebut. Jadi Tuhan adalah penyebab segalanya. Konsep awal kelahiran manusia/seorang bayi dalam Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā ini dapat di bagi menjadi beberapa tahapan yakni pertama, Proses pembuahan yakni pertemuan benih sang Bapak dan sang Ibu Fertilisation yang nantinya menghasilkan embrio/telur Sang Antigajāti. Tahapan selanjutnya yaitu, proses perkembangan/pertumbuhan embrio/janin dalam kandungan/yang disebut dengan Sang Pratimajāti. Tahap Pembuahan dan Pembentukan Sang Antigajāti Kelahiran seorang manusia dapat terjadi tentu diawali dengan adanya suatu kehamilan/mengandung terlebih dahulu, dan kehamilan/kandungan dapat terjadi disebabkan oleh adanya pembuahan. Sukarni K dan Magareth ZH 201365 menyebutkan bahwa peristiwa prinsip pada terjadinya suatu kehamilan1. Pembuahan/Fertilisasi bertemunya sel telur/ovum wanita dengan sel benih/spermatozoa Pembelahan sel zigot. Hasil pembuahan Nidasi/implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi pada keadaan normal implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri.4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bakal individu baru. Proses awal kelahiran manusia/seorang bayi dalam Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā dimulai dengan penjabaran tentang bagaimana proses pembuahan hingga terbentuknya telur Sanghyang Antigajāti. Proses ini merupakan tahapan awal sebelum lahirnya seorang manusia/bayi. Penjelasan tentang pembentuk Antigajāti ini merupakan jawaban/penjelasan dari Bhagawān Anggastya Praṇā atas pertanyaan kedua putra putri beliau yakni Sang Surabrata dan Sri Satyakreti yang sebelumnya telah mereka tanyakan tentang proses awal kelahiran manusia. Dimana proses ini merupakan tahapan awal dan dapat dikatakan sebagai proses pembuahan atau dalam bahasa ilmiah disebut dengan proses fertilisasi/fertilisation. Proses awal kelahiran manusi bewujud Sanghyang Śiwatma, ketika Bapak dan Ibumu sang beranjak dewasa, dikala itu anakknu sedang mencari-cari tempat, ketika sang Bapak dan sang Ibu, jatuh cinta/ kasěmāran. Ketika itu asmara/smaran sang Bapak bernama Smara-jaya, asmara/smaran sang Ibu bernama Smarā Ratih, ketika itu anakku bernama Smara-sunya. Selanjutnya sang Bapak dan Sang Ibu dirasuki /terpengaruh asmara, kemudian jadilah bertemu gairah sama gairah, suka sama suka. Lalu berubahlah namanya, sang Bapak menjadi Smara Lulut pikirannya dan sang Ibu Smara wěněng pikirannya. Saat ini anakku bernama Smara hasa. Kemudian masuk menyusupi si Bapak dan si Ibu, sehingga menimbulkan suka sama suka. Dan anakku ketika itu bernama Sanghyang Sūnyātma, pada saat sang Bapak dan sang Ibu bertemu/bersenggama. Kāma/benih dari sang laki-laki/bapak awalnya adalah kāma putih, dan benih pada perempuan/ibu adalah kāma abhāng, begitulah awalnya baru terdapat dua manusia laki-laki dan perempuan, bernama Sikamoyang Sūkṣma dan Sikomayang Jāti, ketika bertemunya sang Kakūng/bapak dengan sang wadon/ibu. Disanalah 72 Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1, Tahun 2018ditukar kāma/benih tersebut, Ida Bhagawān Dwi dan Ibu Patning Mūrtti lah yang menukarkannya. Kāma putih pada sang lanang/si Bapak dan kāma abāng pada sang wadon/ibu. Ketika itulah sang Atmā mencari tempatnya, barulah suka sama suka/sama-sama menginginkan, sang Atmā ditengah keinginan tempatnya, baru kemudian pandang memandang, sang Atmā didalam pandangan tempatnya, kemudian sapa-menyapa/saling komunikasi, sang ātma pada suara tempatnya. Baru kemudian bertemu raṣa sama raṣa, sang Atmā ditengah-tengah raṣa tempatnya, bertemulah gerakan dengan gerakan/aktitas, sang Atmā ditěngah aktitas tersebut tempatnya. Saat menunggu keluarnya kāma/benih tersebut, sang Atmā bernama sang kāma-molah, ketika keluarnya kāma/benih dari si Bapak, sang Atmā bernama sang Ajurmulang, sesudah bercampurnya/menyatunya si kāma putih/benih si Bapak di kāma bhang/benih si Ibu saat itu sang Guru Rumakět namanya, datanglah Sanghyang Nilakaṇṭa memberikan anugrah, jadilah kental/mengkristal atmā/benih tersebut bagaikan telur, dan telur tersebut bernama Sanghyang Antigajāti. Selanjutnya datanglah para Dewata, juga datang Sanghyang Dlěng dan Sanghyang Mlěng, dikutuk/ditugaskanlah oleh Sanghyang Sūkṣma Antara Wiśeṣa, menjadi kāma mereka berdua, menjadi kāma bhāng dan kāma putih, bernama Kāmajaya dan Kāmaratih, menyatu pada Antigajāti, menjadi Bhāyu Pramaṇa, dadi rasa dari setiap aktitas, menjadi Atmā yang memberikan kehidupan, Sanghyang Sělěm keluar dari dalam hati si Bapak, menjadi Atmā, bernama Ipittā Takuping Jiwa, berwujud Ṑng-Kāra sumungsang, Sanghyang Mlěng keluar dari dalam hati sang Ibu, menjadi ātma, bernama I Kirit Margga, berwujud Ṑng-Kāra Ngaděg, penyatuan Ṑng-Kāra sumungsang dan Ṑng-Kāra ngaděg menjadi Ṑng-Kāra Rwā-Bhineda, itulah yang menjadi jalan hidup dan mati, inilah menjadi bumi dan langit, ini juga menyebabkan hidup dan mati, ini menyebabkan tidur dan terjaga, Sanghyang atmā ròro itu merupakan penyatuan dari, I Pittā Tangkuping Jiwa dengan I Kirit Margga, berwujud Bhāyu Pramaṇa, yang kemudian menjadi satu pada Sanghyang kutipan Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā di atas dapat kita pahami bahwa proses kelahiran manusia berawal dari proses pembuahan dan pembentukan telur Sang Antigajāti ini. Menurut Lontar ini kelahiran seorang manusia berasal atau bersumber dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi beliau sebagai Sanghyang Pembuahan dan Pembentukan Sanghyang AntigajātiBerdasarkan skema/bagan diatas dapat kita pahami bahwa 1 proses penciptaan/kelahiran seorang bayi/manusia menurut Lontar Tutur Bheagawan Anggastya Prana berawal dari Sanghyang Śiwatma yang kemudian mencari tempat pada pasangan Bapak Ibu yang sedang kasmaran/ 73Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1 Tahun 2018jatuh cinta. 2 setelah menemukan pasangan bapak ibu yang sedang kasmaran merasuklah Sanghyang Siwatma menjadi Semara Sunya pada pasangan tersebut sehingga menimbulkan suka sama suka, bapak menjadi Smawa Lulut perasaanya dan ibu menjadi smara wěněng perasaannya dan smara sunnya kini menjadi smara hasa merasuk pada bapak dan ibu menjadi sanghyang sunyatma. 3 akhirnya terjadilah pertemuan/senggama bapak dan ibu yang disebut dengan sang kama molah yang merasuk pada kama bapak dan ibu, 4 Kama tersebut sebelumnya ditukar oleh Bhegawan Dwi dan Ibu Patnimurti menjadi Kama Putih dan Kama Bang. Pertemuan Kama Putih dan Kama Bang disebut dengan Sang Ajurmulang. 5 Luluhnya pertemuan kedua kama itu terjadi pada tuba fallopi yang kemudian menjadi satu disebut Guru Rumaket fertilisasi. 6 Pada saat itulah datang Sanghyang Nilakanta memberikan anugrah sehingga mengentallah kedua kama tersebut bagaikan telur yang disebut dengan Sanghyang Antigajāti. Sanghyang Antigajāti yang terbentuk dari fetilisasi ini akan melakukan pembelah dan berkembang menjadi embrio, telur Sanghyang Antigajāti yang di hasilkan dalam tuba Ampulla yang digetarkan oleh rambut halus selaput lendir pada dinding tuba menyebabkan telur itu masuk jauh ke dalam tuba, akhirnya sampai pada rahim dan melekatkan dirinya ber-implantasi/nidasi pada lapisan endometrium. Pada petikan lontar bagian lainnya disebutkan sebagai berikutLwirnya iki, yan kawite sarin pangan kinume, ampasnya dadi bacin, sarinya dadi kāmma, ampasnya dadi ěñcěh. Saking mwang lanang Kāmma-jaya, nga. Saking wadon Kāmmaratih, nga. Ikā matěmu ring wětěng sang Ibu, magěnah ring Gědong Krětti, ring tlěnging Adhipati, punikā kawastonin antuk Bhaṭāra, dadi mānuṣa, adaTeks Lontar Tutur Bhāgawān Anggastya Praṇā Terjemahanantara lain, asal mulanya sari-sari makanan dan minuman, ampasnya menjadi bacin/kotoran, sarinya menjadi kāma/benih, ampasnya menjadi kencing. Benih dari laki-laki namanya Kāmma-jaya. Dari wanita namanya Kāmmaratih. Itu kemudian bertemu pada perut sang Ibu, bertempat pada Gědong Krětti, di tengah Adhipati, itu kemudian diberikan anugrah oleh Bhaṭāra, menjadi mānuṣia, Tahap Pembentukan Sang Pratimajāti dan PerkembangannyaSetelah terbentuknya telur sebagai akibat dari terjadinya fertilisasi sang guru rumatket yakni percampuran/pertemuan kama putih/sperma dan kama bang/ovum. Maka hasil dari fertilisasi yakni Sanghyang Antigajāti yang dihasilkan pada tuba ampulla digetarkan oleh rambut halus selaput lendir pada dinding tuba menyebabkan telur itu masuk jauh ke dalam tuba, akhirnya sampai pada rahim dan melekatkan dirinya pada lapisan endometrium. Peritiwa ini disebut Implantasi atau nidasi. Pembentukan Sang Pratimajāti merupakan kelajutan dari suatu proses kelahiran seorang bayi/manusia setelah terbentuknya Sanghyang Antigajāti seperti telah dijelaskan pada sub bab pembahasan sebelumnya. Terbentuknya Sang Pratimajāti dalam Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā dijelaskan merupakan anugrah dari para dewata. Dimana pada pembentukannya para Dewata, Sapta Resi, Panca Resi dan Sanghyang Tiga Wisesa lah yang membentuk/ngerekayang manusia. Pada tahapan ini Sanghyag Antigajāti kini terlah berwujud seperti manusia yang dalam lontar ini disebut dengan Sang Pratimajāti. Yendra 201020 yang dinamakan Sang Pratimajāti tiada lain adalah janin itu sendiri, yaitu embrio atau Sanghyang Antigajāti setelah berumur 2 bulan kandungan. Jadi bila kita samakan dengan ilmu kebidanan/kehamilan saat ini ada kemungkinan proses perubahan dari Sanghyang Antigajāti menjadi Sang Pratimajati merupakan proses perkembangan embrio menjadi janin. Namun, seperti penjelasan sebelumnya, pejelasan tentang proses perkembangan janin dalam lontar ini sangat kental dengan nilai-nilai teologi, dimana setiap perkembangan yang terjadi pada si calon bayi dijelaskan merupakan anugrah dari para dewata. Dimana dewata memiliki pengaruh yang cukup besar pada pemkembangan si calon bayi. Proses terbentuknya Pratimajāti berikut dengan 74 Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1, Tahun 2018perkembangannya pada Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā dapat dijabarkan melalui kutipan lontar berikutSetelah menyatunya, Sanghyang Slěng dan Sanghyang Mlěng, menjadi Kāmajaya dan Kāmaratih, merasuk pada sang Antigajāti/Tigajāti, datanglah sanghyang Muddhaya, sanghyang Ngalěngis, sanghyang Rajatangi, sanghyang Mūrttining Lěwih, berserta seluruh Dewata Nāwa Sangha, beserta Sapta Rěṣi, Pañca Rěṣi, dan Sanghyang Tiga-Wiṥeṣa, karekayang/dibentuklah manusia, Sang Antigajāti, baru berwujud seperti manusia, bernama Sang Pratimajāti, Ketika itu para Dewata berkenan memberikan anugrahnya seperti Sanghyang Akaṣa menganugrahkan kepala/śirah, Sanghyang Anjining Akaṣa memberikan rambut, Sanghyang Sūryya Candra memberi mata kanan dan kiri, Sanghyang Bhrūṇa memberikan hidung, Sanghyang Marggalayā memberi lubang hidung, Sanghyang Kwera menganugrahkan kuping/telinga kanan dan kiri, Sanghyang Marggāswara memberi lubang telinga, Sanghyang Yāma memberi mulut, Sanghyang Gamaya memberikan lubang pada mulut, Hyang Prigimaṇik memberi gigi, Sanghyang Rijasi menganugrahkan gusi/hisit, Sanghyang Makěp-akěp memberi bibir, Sanghyang Madhulaṭa memberi lidah, Sanghyang Cittaraṣa yang memberikan rasa/perasa pada lidah, Sanghyang Lěpe menganugrahkan pipi, Sanghyang Lěngis memberi dagu, Sanghyang Aṇṭa Tunggal memberikan leher, Sanghyang Watu Gumulung memberi jagut benjolan pada leher, Sanghyang Taya memberikan tangan, Sanghyang Kālarontek memberi jari-jari, Sanghyang Pañcanaka memberikan kuku, Sanghyang Stya memberi bětis/kaki, Sanghyang Muñěng memberikan husěhan/lingkaran pada rambut dan pusar, Sanghyang Anangěntala, hulu Pañca Rěṣi juga berkenan memberikan anugrahnya, Hyang Korsikā menganugrahkan kulit, Hyang Garggha memberi daging, Sang Metri memberi otot, Hyang Kuruṣya memberikan tulang, Hyang Pratañjala menganugrahkan sumsum ”. hal ini merupakan perkembangan bayi dalam perkembangan selama dalam kandungan secara umum dapat dibagi menjadi beberapa periode. Periode tersebut dibagi menjadi tiga periode atau trimester dapat dilihat pada gambar berikut Gambar Bayi Dalam Kandungan 75Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1 Tahun 2018Pada Lontar Tutur Bhagawan Anggastya Prana dijabarkan proses perkembangan Pratimajāti embrio selalu terkait dengan Tuhan dalam hal ini sebagai Dewata, setiap proses perkembangan janin diungkapkan sebagi anugrah atau kehendak Tuhan. Semua organ atau anggota badan dari sang janin merupakan pemberian dari Dewata. Inilah uniknya proses penciptaan manusia yang dijabarkan dalam Lontar ini yang sekaligus menjadi pembeda dari proses penciptaan pada umumnya. Jadi proses penciptaan manusia dalam Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā ini secara sadar dan sengaja menempatkan Tuhan Dewata sebagai sentral dari setiap tahapan/proses penciptaan, perkembangan, hingga kelahirannya. Pada bagian ini penganugrahan bagian-bagian ataupun organ tubuh manusia jika diperhatikan lebih menjurus pada penganurahan bagian-bagian tubuh luar dari manusia. Seperti misalnya penganugrahan dari para Dewata dan Panca Resi yang sebagian besar menganugrahkan mulut, rambut, mata, hidung, telinga, otot dan bagian-bagian tubuh luar lainnya. Bahkan hingga bagian-bagian tubuh yang detail sekalipun merupakan anugrah dewata seperti lubang hidung, lubang telinga, lubang mulut, jakun, hingga pangecap rasa pada lidahpun dijelaskan sebagi anugrah dari dewata. Untuk mempermudah memahami anugrah para dewata dan para resi tersebut maka dapat dijabarkan dalam tabel berikut Gambar Sang PratimajātiGambar para Dewata dan ResiSumber Dokumentasi Peneliti, 2016Proses perkembangan embrio yang dituangkan dalam Lontar ini sebagai saatu anugrah dilanjutkan dengan pemberian anugrah dari para Dewata Nawa Sang. Dimana pada tahapan ini sang embrio/manusia dianugrahkan bagian-bagian/organ-organ vital dan penting dalam tubuh manusia. Dan jika disimak bagian-bagian yang dianugrahkan oleh Dewata Nawa Sanga ini merupakan bagian tubuh/organ dalam manusia seperti jantung, ginjal, paru-paru dan lain sebagainya. Sehingga melalui penganugrahan ini sang bayi/calon manusia telah memiliki bagian/organ-organ tubuh yang lengkap dan sempurna layaknya manusia. Penjelasan tentang anugrah dari Dewata Nawa Sanga ini merupakan lanjutan dari pertanyaan dari kedua putra putri dari Bhagawān Anggastya Praṇā sendiri tentang bagaimana proses perkembangan dari Sang Pratimajāti selanjutnya. Berikut kutipan lontar yang menyatakan tentang penganugrahan dari para Dewata Nawa Sanga tersebut 76 Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1, Tahun 2018Pemberian anugrah berupa organ-organ tubuh bagian dalam manusia dari para Dewata Nawa Sanga diatas dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikutGambar Penganugrahan Dewata Nawa Sanga Sumber Dokumentasi Peneliti, 2016Bila disimak dari awal konsep kelahiran manusia menurut Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā ini memiliki kesamaan dengan konsep kelahiran manusia secara umum/ilmiah. Dimana konsep kelahiran manusia dalam lontar ini memiliki prinsip-prinsip terjadinya suatu kehamilan yang sama seperti disebutkan Magareth ZH diawal sub bab ini, hanya saja berbeda pada penyebutan istilah-istilahnya dan kental dengan unsur Teologi Hindu. Terjadinya kehamilan menurut Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā disebabkan oleh 1. Pembuahan/Fertilisas yang dalam lontar ini disebut Sang Guru Rumaket bertemunya Kama Bang ovum pada wanita dengan Kama Putih spermatozoa pada Pembelahan Sang Guru Rumaketzigot yang nantinya menghasilkan telur Sanghyang Antigajāti embrio3. Nidasi/implantasi zigot yang telah menjadi Sanghyang Antigajāti embrio pada dinding saluran reproduksi yakni pada lapisan endometrium dalam lontar ini disebut Gědong Krětti/rahim Uterus yang bertempat di tengah Adhipati 4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin dalam lontar ini disebut Sang Guru Rumaket-Sanghyang Antigajāti-Sang Pratimajāti sehingga menjadi bakal individu bila dilihat kembali pada tabel perkembangan embrio secara umum diatas maka bila Sang Pratiamajāti/sang bayi telah memiliki anggota badan yang lengkap maka sang bayi telah memasuki Trimester/periode ketiga dan kiranya telah memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri diluar kandungan ibunya sehingga siap untuk dilahirkan kedunia. Umat Hindu diBali percaya ketika bayi dalam kandungannya diasuh dan dipelihara oleh empat saudaranya yakni Sang Kandha Pat/Catur Sanak. Begitu pula saat kelahirannya seorang manusia diikuti dan dibantu kelahirannya oleh Sang Kanda KESIMPULANKonsep kelahiran manusia menurut Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā ini memiliki kesamaan dengan konsep kelahiran manusia secara umum/ilmiah. Dimana konsep kelahiran manusia dalam lontar ini memiliki prinsip-prinsip terjadinya suatu kehamilan yang sama seperti disebutkan Magareth ZH diawal sub bab ini, hanya saja berbeda pada penyebutan istilah-istilahnya dan kental dengan unsur Teologi Hindu. Terjadinya kehamilan menurut Lontar Tutur Bhagawān Anggastya Praṇā disebabkan oleh 1. Pembuahan/Fertilisas yang dalam lontar ini disebut Sang Guru Rumaket bertemunya Kama Bang ovum pada wanita dengan Kama Putih spermatozoa pada Pembelahan Sang Guru Rumaketzigot yang nantinya menghasilkan telur Sanghyang Antigajāti embrio 77Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1 Tahun 20183. Nidasi/implantasi zigot yang telah menjadi Sanghyang Antigajāti embrio pada dinding saluran reproduksi yakni pada lapisan endometrium dalam lontar ini disebut Gědong Krětti/rahim Uterus yang bertempat di tengah Adhipati 4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin dalam lontar ini disebut Sang Guru Rumaket-Sanghyang Antigajāti-Sang Pratimajāti sehingga menjadi bakal individu bila dilihat kembali pada tabel perkembangan embrio secara umum diatas maka bila Sang Pratiamajāti/sang bayi telah memiliki anggota badan yang lengkap maka sang bayi telah memasuki Trimester/periode ketiga dan kiranya telah memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri diluar kandungan ibunya sehingga siap untuk dilahirkan kedunia. Umat Hindu diBali percaya ketika bayi dalam kandungannya diasuh dan dipelihara oleh empat saudaranya yakni Sang Kandha Pat/Catur Sanak. Begitu pula saat kelahirannya seorang manusia diikuti dan dibantu kelahirannya oleh Sang Kanda PUSTAKAAnanda, I Konsep Penciptaan Dunia Dan Manusia Dalam Wrhaspati Tattwa. Jurnal Sphatika. Denpasar Institut Hindu Dharma Negeri Saifudin. 2004. Metode Pustaka Ida Bagus Putu. 2006. Bhegawan Anggstya Prana Proses Awal Lahirnya Manusia. Surabaya. Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Sosial. Surabaya Airlangga Universitas PressDarmayasa. 2014. Bhagawad Gītā Nyanyian Tuhan. Denpasar. Yayasan Dharma I Kumpulan Ringkasan Lontar. Surabaya Wayan Budha. 2009. Kamus Bahasa Bali Bali – Indonesia . Surabaya Hasan. 2002. Pokok-pokok Penelitian dan Aplikasinya. Bandung Ghalia Wayan. 2006. Cara Mencapai Moksa Di Zaman Kali Yuga. Denpasar Yayasan Dharma 2005. Metode Penelitian Agama Kualitatif Bidang 2010. Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta 2010. Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2015. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas IX Semester 1. Jakarta. Kementrian Pendidikan dan Ni Kadek. 2014. Konsepsi Purusa Pradhana pada Pelinggih Kiwa Tengen di Pura Penataran Agung Besakih Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Kajian Kosmologi Hindu. Denpasar Program Pasca Sarjana IHDN Kosmologi Hindu Dalam Kayonan Pada Pertunjukan Wayang Kulit Bali. Tesis. Denpasar Institut Hindu Dharma Negeri Daerah Tingkat I Bali. 1998. Panca Yadnya Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Resi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya. Daerah Tingkat I W. J. S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta Balai Pustaka Jakarta. 78 Jurnal Sphatika, Volume 9, No 1, Tahun 2018Prama, Gede. 2015. Nyanyian Kedamaian Kesembuhan, Kedamaian, Keheningan. Tanpa Kota Terbit. Agus. 2009. Pengantar Kosmologi, Surabaya ITS Press. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Penelitian. Yogyakarta Pustaka PelajarSaifudin AzwarAzwar, Saifudin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta Pustaka Ringkasan LontarI DuniaWayanDunia, I Kumpulan Ringkasan Lontar. Surabaya Bahasa Bali Bali -Indonesia Wayan GautamaBudhaGautama, Wayan Budha. 2009. Kamus Bahasa Bali Bali -Indonesia . Surabaya Penelitian dan AplikasinyaHasan IqbalIqbal, Hasan. 2002. Pokok-pokok Penelitian dan Aplikasinya. Bandung Ghalia Penelitian Agama Kualitatif Bidang FilsafatKaelanKaelan. 2005. Metode Penelitian Agama Kualitatif Bidang Purusa Pradhana pada Pelinggih Kiwa Tengen di Pura Penataran Agung Besakih Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Kajian Kosmologi Hindu. Denpasar Program Pasca Sarjana IHDN DenpasarNi MartinaKadekMartina, Ni Kadek. 2014. Konsepsi Purusa Pradhana pada Pelinggih Kiwa Tengen di Pura Penataran Agung Besakih Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Kajian Kosmologi Hindu. Denpasar Program Pasca Sarjana IHDN Yadnya Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Resi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya. Daerah Tingkat I BaliPemerintah Daerah Tingkat I BaliPemerintah Daerah Tingkat I Bali. 1998. Panca Yadnya Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Resi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya. Daerah Tingkat I Umum Bahasa Indonesia Edisi KetigaW J S PoerwadarmintaPoerwadarminta, W. J. S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta Balai Pustaka PramaPrama, Gede. 2015. Nyanyian Kedamaian Kesembuhan, Kedamaian, Keheningan. Tanpa Kota Terbit. PurwantoPurwanto, Agus. 2009. Pengantar Kosmologi, Surabaya ITS Press.
Abstract— Dewata Nawa Sanga in Hindu Religion in Bali has an important role as the foundation of the religious concept implemented by Hindus in Bali. Dewata Nawa Sanga has the meaning of nine deities or manifestations of Ida Sang Hyang Widhi Wasa that guard or control the nine directions of the wind. Dewata Nawa Sanga in terms of education
{hinduloka} $title={Daftar Isi} Lontar Cakragni adalah lontar yang menguraikan masalah penyakit dan pengobatan. Di dalam Lontar Cakragni di uraikan baik mengenai penyakit, cara penyembuhan, sarana yang dipergunakan maupun hubungan penyakit dengan pengobatan, dalam Lontar Cakragni juga memuat berbagai hal tentang pendidikan baik dari aspek pendidikan tattwa, etika dan aspek pengobatan dalam Lontar Cakragni menggunakan kekuatan-kekuatan api yang terdapat dalam organ tubuh manusia. Lontar ini menguraikan tentang tata cara mengobati penyakit mulai dari jenis penyakit, sarana obat serta doa-doanya mantra-mantranya. Lontar Cakragni menyinggung pula nama-nama penyakit antara lain penyakit tiwang, badan panas, tuju, jampi, sakit perut, kena upas warangan, bebahi dan sebagainya. Lontar Cakragni menguraikan tentang nama-nama api serta kegunaan dari api tersebut dalam tubuh manusia, menyebutkan tentang nama Dewata Nawa Sanga yang mengirimkan berbagai jenis penyakit, juga menguraikan tentang tata cara dalam mempergunakan jimat, tetapi dalam penelitian ini hanya membahas tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan saja terutama pendidikan tattwa, etika, dan ritual yang dianggap sebagai kerangka dasar dalam agama Hindu. Tattwa dalam Lontar CakragniLontar Cakragni menjelaskan stana atau tempat Agni di Bhuana Alit atau mikrokosmos, mikrokosmos diartikan sebagai badan manusia, penjelasannya adalah sebagai berikut Ih yan aku anglekasang Cakragni Wisesa, anggeseng satru, anggeseng gering, tka geseng lingsem, lebur. Ong Gni Pritiwi ring tlapakan batisku, Gni Kumang-mang ring cocan batisku, Gni Bongol ring betekan batisku,, Gni Baga ring entudku, Gni Wurung ring pahanku, Gni Wutik ring purusku, Gni Buged ring pungsesdku, Gni Kembar ring susunku, Gni Wisesa ring tlapakan limanku, Gni Murub ring cangkemku, Gni Mandi ring ilatku, Gni Bayu ring irungku, Gni Kwera ring karnanku, Gni Cakra buwana ring suryanku, Gni Agung ring pangadeganku, endih aku murub angebekin jagat, trus menek trus bila aku mengeluarkan ajian Cakragni Wisesa akan dapat membakar musuh, membakar wabah, semuanya hangus Gni Pritiwi pada bagian telapak kakiku, Gni Kumang-mang pada mata kakiku, Gni Bongol pada betisku, Gni Baga pada lututku, Gni Wurung pada pahaku, Gni Wutik pada kelaminku, Gni Buged pada pusarku, Gni Kembar pada payudaraku, Gni Wisesa pada telapak tanganku, Gni Murub pada mulutku, Gni Mandi pada lidahku, Gni Bayu pada hidungku, Gni Kwera pada telingaku, Gni Cakra Buwana pada mataku, Gni Agung pada seluruh tubuhku, nyalaku berkobar-kobar memenuhi dunia, terus naik, terus turun.Cakragni, lp1bMenyimak uraian di atas, dijelaskan bahwa Tuhan atau bagian-bagiannya, yaitu para dewa dalam hal ini sebagai manifestasinya di stanakan dalam badan, bahkan ketentuannya hampir sama dengan stana para dewa di alam makrokosmos alam semesta. Jadi dapat di tarik suatu benang merah bahwa Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit sama-sama diciptakan oleh Tuhan Sanghyang Widhi Wasa, dengan demikian jelaslah bahwa para dewa bukan saja berstana di Bhuwana Agung melainkan juga di Bhuwana Alit. Karena itu sebagai umat beragama hendaknya mengerti akan fungsi dan peranan dari Dewata Nawa Sanga yang bersemayam dalam badan manusia, seperti apa yang telah diuraiakan dalam Lontar Cakragni bahwa Dewa Agni mempunyai peranan dan fungsi sangat penting untuk menghancurkan musuh yang datang dari luar yang bermaksud jahat dan ingin mencelakakan, dan dapat dipergunakan untuk menolong orang yang sedang sakit. Adapun mengenai dewa-dewa yang termuat dalam Lontar Cakragni adalah sebagai berikut Sanghyang Gni Anglayang, Sanghayang Durga, Sanghyang Siwa, Bhatara Kala dan Bhatara Guru sedangkan Dewa Siwa juga disembah sebagai guru di dunia, ini merupakan simbol-simbol yang dipergunakan dalam pemujaan terhadap manifestasi Tuhan khususnya tentang hal yang berkaitan dengan pencarian realitas dan manifestasi dari realitas itu sendiri. Dengan menstanakan Dewa Agni yang disamakan dengan Brahma, kemudian dihubungkan dengan panca aksara yaitu Sang yang memiliki arti api putih, berada di jantung, Bang memiliki arti api merah berada di hati, Tang memiliki arti api kuning, berada di ginjal, Ang memiliki arti api hitam, berada di hidung, Ing memiliki warna api panca warna, berada pada rambut Jadi dapat di artikan bahwa dalam tubuh manusia terdapat kekuatan Tuhan yang luar biasa besar dan jika pergunakan dengan baik maka, akan mampu mencapai beliau dalam penyatuan. Lontar Cakragni menjelaskan tentang dewa-dewa yang dipuja dalam melakukan suatu pengobatan yang dilakukan oleh seseorang balian agar tetap dalam lindungannya, adapun dewa-dewa yang dipuja dalam melakukan pengobatan ialah Panyaak, sa., widu bayu, maOng Durga punah, getih punah, banyeh teke saak, saluiring mati, sa, yeh klungah tahapakena maOng Sanghyang Siwa Sabrata, ana urip, pada urip kabeh, jumeneng ana sakti, mala, sa., isin jong, pinipis, yeh arak, tahapakna muah puhakna ring irung nia, ma Ong Sanghyang Gni Anglayang aku amugpug, amunah, anggeseng tuju tluh tranjana, sakwehing tuju, satus dualapan, tri mala, panca mala,dasa malaning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, apan aku paranta anglukat tri mala, panca mala, dasamala ning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, amupug, amunah angeseng malane si anu,Ong aku paranta anglukatmalane sianu, mulih kang jati ening jati, lah poma, 3. sa, lurungan, apunakna,caru alit ring bau, yen lara dibau ring tengen dewa anglaranin, yen lara ring bahu kiwa, pepasangan alaranin,Sa., lenge pitung lawang ma.,Ong Bhatara Mala ngawe meru tumpang pitu, Batara Guru nyaluk penyak agung, tuju tiwang mapupul, tuju getih teke saak, 3,Ong idep aku Batara Guru amugpug, amunah tuju, sakwehning tiwang, tuju ajung, duang jong, tri jong, catur jong, panca jong, sad jong, tuju jong, dlapan jong, smilan jong , dasa jong, wastu aku teke lukat, 3, Ong idep aku Batara Guru anglukat salarane si anu ring bau, dasa mala, dwi mala, tri mala, catur mala, panca mala, sad mala, tujuh mala, dlapan mala, smilan mala, ike malaning hyang, pinakeng ngulun wastu aku mulih jati ening pada ening, lah poma, 3. Artinya Untuk menghilangkan penyakit penyaak sarananya Widu bayu,mantranya Ong Durgha punah getih punah, banyeh teka saak, 3. obat segala penyakit yang air kelapa muda klungah diminumkan, mantra Ong Sang Hyang Siwa Sabhrata, ana urip, pada urip kabeh, jumeneng ana sakti, 3. Obat mala, alat isi perahu, pinipis, air arak minumkan dan tutuhkan pada hidungnya,mantra Ong Sang Hyang Gni Anglayang aku amugpug, amunah, anggeseng tuju tluh tranjana, sakwehing tuju, satus dualapan, tri mala, panca mala,dasa malaning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, apan aku paranta anglukat tri mala, panca mala, dasamala ning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, amupug, amunah angeseng malane si anu, Ong aku paranta anglukatmalane sianu, mulih kang jati ening jati, lah poma, lurungan, dipakai sebagai minyak rambut, caru alit pada bahu, bila sakit pada bahu sebelah kanan dewa yang menyebabkan sakit tesebut, kalau sakit pada bahu sebelah kiri, pepasangan yang menyebabkan, Alat lenga tujuh potong,Mantra Ong Bhatara Mala ngawe meru tumpang pitu, Batara Guru nyaluk penyak agung, tuju tiwang mapupul, tuju getih teke saak, 3, Ong idep aku Batara Guru amugpug, amunah tuju, sakwehning tiwang, tuju ajung, duang jong, tri jong, catur jong, panca jong, sad jong, tuju jong, dlapan jong, smilan jong , dasa jong, wastu aku teke lukat, 3, Ong idep aku Batara Guru anglukat salarane si anu ring bau, dasa mala, dwi mala, tri mala, catur mala, panca mala, sad mala, tujuh mala, dlapan mala, smilan mala, ike malaning hyang, pinakeng ngulun wastu aku mulih jati ening pada ening, lah poma, 3. Cakragni, lp3a-4a.Dewata Nawa Sanga yang bersemayam dalam tubuh serta dilengkapi dengan kekuatannya memberikan perlindungan disaat para penyembahnya mengalami gangguan. Dengan kata Tuhan bersemayam dalam badan, merupakan suatu dasar pertimbangan dari pola pikir bahwa dalam badan manusia dihuni oleh para dewa. Tetapi pemikiran demikian itu harus didasari dengan tingkat Wiweka agar dapat merealisasikan segala daya kekuatan dan tidak menjadi manusia kedewan-dewan akibat pemikiran yang terlalu pelik bahwa Tuhan berstana dalam badan manusia. Sebagai seorang yang ahli dalam mengobati balian, dalam memberikan pertolongan tidak cukup hanya dengan menggunakan sarana saja, namun tetap memerlukan bantuan kekuatan-kekuatan Tuhan agar tetap terlindungi. Dengan mengucapkan kata Om Ong, berarti seorang balian mengakui sebagai manusia tidak dapat berbuat sekehendak hati, oleh karena itu sangatlah perlu untuk memuja beliau karena dengan kekuatan-Nya pula balian mendapatkan suatu perlindungan, dan sadar bahwa setiap makhluk dalam dunia ini adalah bagian dari Tuhan Ida Sanghyang Widhi sebagai makhluk ciptaannya. Ajaran etika dalam Lontar Cakragni merupakan ajaran yang mengandung aspek etika yang sangat mandasar seperti membuka, menutup, merubah huruf dan lain-lain. Inilah yang dikatakan sebagai dasar ajaran etika, artinya segala sesuatu yang para penyembahnya lakukan atau yang para penyembahnya kerjakan harus didahului dengan berdoa, karena dengan doa para penyembahnya akan mendapatkan pengampunan sekaligus perlindungan dari Ida Sanghyang Widhi Wasa. Dalam Lontar Cakragni termuat ajaran seperti di bawah ini Pamuka, ma.,Ong Naga Raja, lukar ya nama panglukar lontar, ma.,Ong Awignam astu nama amaca amusti, ma.,Ong pakulun sira paduka batara manira, dewa pada dewa, manusa minta mtukagunan kaprabon manawa salah surup sih, manusa nalinin pustaka, ma.,Ong Naga Raja amilat ya namah nyurat, sa., toya ring sibuh, ma.,Ong sanghyang Siwa ring kundi manik, ati tetes sariraning wenang kabeh ilangankna kang ajuta, kerik kapurna jati, tka ening, ening, Pamuka, Mantra Ong Naga Raja, lukar ya nama pembuka lontar, mantra Ong Awignam astu nama dalam membacaOng pakulun sira paduka batara manira, dewa pada dewa, manusa minta mtukagunan kaprabon manawa salah surup sih, manusa mengikat pustaka Ong Naga Raja amilat ya namah menulis., alat air pada sibuh, mantra, Ong sanghyang Siwa ring kundi manik, ati tetes sariraning wenang kabeh ilangankna kang ajuta, kerik kapurna jati, tka ening, ening, ening.Cakragni, lp4b-5bIti tuturing aji, yan sira durung wruh ring tutur iki aja sira hakikat tutur sastra, bila anda belum paham pada tutur ini, jangan anda menulis,Cakragni, lp, 5b.Ritual dalam Lontar CakragniAku sanghyang gni anglayang, apan aku paranta anglukat, tri mala, panca mala, dasa malaning hyang, mala sudamala, aku sanghyang Gni Anglayang, amugpug, amunah, angeseng, malane si anu, Ong aku parante anglukat malane si anu, mulih kang jati ening jati, lah poma, 3. Sa. Lenge lurungan, apunakna, caru alit sagnepaCakragni, lp3bSeorang balian dalam melakukan pengobatan tidak cukup mempergunakan sarana berupa obat-obatan saja, tetapi perlu juga melakukan pembersihan melalui penglukatan yang disertai dengan bebanten upakara yang berbentuk pecaruan kecil dimana dilengkapi dengan eteh-eteh pesegehan selengkapnya. Jika dilihat dari segi etika, tattwa, ajaran cakragni memberi pelajaran bagaimana menstanakan Tuhan dalam badan sesuai dengan ajaran yang terkandung dalam agama Hindu yaitu Tuhan memiliki sifat imanent. KonsepDewata Nawa Sanga itu diambil dari Rontal Bhūwanakośa :2:14. Sebenarnya tidak ada hubungan dengan Tri Murti ataupun dengan sosok personil yang tengah menjabat sebagai Tri Murti. Dewata Nawa Sanga murni nama-nama Tuhan itu sendiri yang diambil dari nama Dewa-Dewa. Coba kita simak : 1. Timur : Iśwara. Iśwara berarti YANG BERKUASA PENUH 2.100% found this document useful 5 votes3K views75 pagesDescriptionHindu memiliki banyak konsep keagamaan yang belum digali secara mendalam. Salah satu konsep yang sangat menarik adalah Pengider-ider Dewata Nawasanga. Pengider-ider Dewata Nawasangga menyangkut banyak aspek dalam kehidupan budaya dan agama Hindu baik Bhuana Agung maupun Bhuana Alit. Dalam hubungannya dengan Bhuana Agung akan terkait dengan konsep tata ruang baik pembangunan tempat tinggal maupun pembangunan tempat suci, pelaksanaan ritual keagamaan dari Butha Yadnya, Manusia Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Dewa Yadnya. Dalam hubungannya dengan Buana Alit akan sangat terkait dengan kelahiran dan kesehatan manusia. Hal tersebut di atas sangat menarik untuk dijadikan penelitian. Dari uraiaan tersebut dapat di identifikasi beberapa persoalan yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut 1. Bagaimana konsepsi dan varian Pengider-ider Dewata Nawa Sanga ? ; 2. Bagaimana aplikasi Pengider-ider Dewata Nawa Sanga pada bhuana alit dan bhuana agung ? 3. Bagaimana pengaruh Pengider-ider Dewata Nawa Sanga terhadap kesehatan manusia? Secara metodik, penelitian ini mengunakan metode dikupulkan melalui teknik kepustakaan, wawancara dan observasi. Data dianalisis dengan mengelompokkan, reduksi dan interpretasi yang hasilnya dideskripsikan untuk memberikan gambaran tentang fenomena permasalahan yang diajukan. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data maka kemudian diabstraksikan berkenaan dengan konsepsi dan varian Pengider-ider Dewata Nawa Sanga, aplikasi Pengider-ider Dewata Nawa Sanga pada bhuana alit dan bhuana agung, dan pengaruh Pengider-ider Dewata Nawa Sanga terhadap kesehatan manusia. Pengider-ider Dewata Nawa Sanga merupakan salah satu konsep teologis Agama Hindu. Di Indonesia diwarisi konsepsi Siwaistis khususnya Siwa Sidhanta sebagai yang mendominsi atas sistem yang lainya. Konsepsi Pengider-ider Dewata Nawa Sanga pada dasarnya memiliki pijakan yang sama antara sumber-satu dengan yang lainya namun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Dewata Nawa Sanga bukan hanya merupakan konsep teologi bagi ajaran Siwa Sidhanta di Bali namun juga merupakan sebuah konsep yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal. Misalnya dalam dunia pengobatan tradisional bali atau yang lebih sering disebut Usadha Bali. Keseimbangan bhuana alit dan bhuana agung akan membawa keharmonisan dan juga keseimbangan sehingga tujuan utama umat Hindu Moksartam jagaditha ya ca iti dharma bisa dicapai. Pengaruh Pengider-ider Dewata Nawa Sanga terhadap kesehatan manusia dapat dijadikan acuan bagi manusia untuk mendeteksi secara dini tentang kesehatan dirinya untuk berhati-hati dalam menjalani kehidupan khususnya menjaga kesehatan sesuai dengan apes yang dibawa sejak lahir ke dunia. Pendeteksian bias dilakukan dengan mengetahui Panca Wara, Sapta Wara maupun Wuku seseorang dipadukan dengan susunan pengider-ider Dewata Nawa Sanga pada bhuana TitleKORELASI PENGIDER-IDER DEWATA NAWASANGA DENGAN PETENUNGAN KESEHATANCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 5 votes3K views75 pagesKorelasi Pengider-Ider Dewata Nawasanga Dengan Petenungan KesehatanOriginal TitleKORELASI PENGIDER-IDER DEWATA NAWASANGA DENGAN PETENUNGAN KESEHATANDescriptionHindu memiliki banyak konsep keagamaan yang belum digali secara mendalam. Salah satu konsep yang sangat menarik adalah Pengider-ider Dewata Nawasanga. Pengider-ider Dewata Nawasangga menyang…Full description.