BANTAENG- Panglima Kodam XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI Andi Muhammad melakukan kunjungan kerja (Kunker) di perusahaan smelter, PT Huadi Nickel Alloy Indonesia, pada Rabu (25/5/2022). Kunjungan kerja ini dihadiri sejumlah pejabat dan petinggi PT Huadi Nickel Alloy Indonesia, Dalam kunjungan tersebut, Mayjen TNI Andi Muhammad mengimbau pengusaha Indonesia terus mendorong sektor industri untuk mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia SDM, salah satunya melalui program pendidikan vokasi yang mengusung konsep link and match. Dengan model tersebut, dapat lahir SDM industri yang kompeten dan siap kerja, sesuai dengan kebutuhan dunia industri saat ini. Guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang terampil di wilayah timur Indonesia, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri BPSDMI Kemenperin menggandeng PT. Huadi Nickel Alloy di Bantaeng, Sulawesi Selatan dalam rangka meluncurkan Program Setara Diploma Satu D1 untuk mencetak sebanyak 72 mahasiswa. “Program D1 tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil kunjungan kerja kami ke Sulawesi beberapa waktu yang lalu. Ini juga sebagai wujud nyata sinergi antara pemerintah dengan pelaku industri,” kata Kepala BPSDMI Kemenperin, Arus Gunawan di Jakarta, Kamis 8/7. Adapun tiga program studi yang akan diluncurkan, yaitu bidang Mekanik, Alat Berat, dan Kewirausahaan Smart. Di masing-masing prodi terdapat 24 mahasiswa. Kepala BPSDMI menegaskan, ketersediaan SDM kompeten menjadi faktor penting dalam mendukung pertumbuhan dan memacu daya saing industri nasional. Apalagi, adanya investasi atau aktivitas industri telah membawa dampak positif terhadap perekonomian nasional, salah satunya adalah penyerapan tenaga kerja lokal dalam jumlah besar. “BPSDMI telah menyelenggarakan pendidikan tinggi vokasiindustri, mulai dari jenjang Diploma, termasuk Pendidikan Setara D1, hingga Magister Terapan untuk mendukung industri dalam penyediaan tenaga kerja yang kompeten,” paparnya. Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri, Iken Retnowulan menyampaikan, program kerja sama antara Akademi Komunitas Manufaktur Bantaeng dengan PT. Huadi Nickel Alloy tersebut dilaksanakan sebagai langkah konkret dalam penyelarasan dan kerja sama antara institusi pendidikan dengan dunia industri. “Upaya strategis ini dalam rangka mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja di Sulawesi Selatan khususnya di kabupaten Bantaeng dalam memenuhi kebutuhan SDM kompeten bidang alat berat dan mekanik,” terangnya. Sementara itu, Manager HRD PT Huadi Nickel Alloy Indonesia, A. Adrianti Latippa mengakui, kebutuhan tenaga kerja di perusahaannya cukup besar. “Hingga tahun 2022, kebutuhan tenaga kerja kami mencapai orang. Pembukaan program ini merupakan gerak cepat BPSDMI dalam menanggapi kebutuhan SDM Industri di daerah,” ungkapnya. Bupati Bantaeng Ilham Azikin juga mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kepada BPSDMI Kemenperin yang merealisasikan komitmennya dalam penyediaan tenaga kerja yang terampil di wilayahnya. “Kehadiran Akademi Komunitas Manufaktur Bantaeng telah memberikan ruang bagi pemerintah daerah Kabupaten Bantaeng untuk berkontribusi menyiapkan SDM unggul serta penciptaan wirausaha yang smart,” tuturnya. Ilham berharap, ke depan akan terus didorong program-program pengembangan SDM industri di bidang lain melalui AK Manufaktur Bantaeng. “Sebab di sini tumbuh banyak industri, yang diharapkan dapat mendongkrak ekonomi daerah dan nasional,” imbuhnya. Kawasan Industri Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan salah satu dari proyek strategis nasional yang ada dalam Perpres. Proyek Strategis Nasional atau PSN adalah proyek-proyek infrastruktur Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Jokowi yang dianggap strategis dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan di daerah. PSN diatur melalui Peraturan Presiden, sementara pelaksanaan proyeknya dilakukan secara langsung oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau badan usaha serta Kerjasama Pemerintah Badan Usaha KPBU, dengan mengutamakan penggunaan komponen dalam negeri. Beberapa waktu yang lalu, Kemnaker juga telah berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Sulsel tekait dengan gelombang kedatangan TKA asal China ke Sulsel. KESIMPULAN Jangan ragu untuk mencari bantuan dari spesialis yang dapat membantu Anda memilih yang akan memberi Anda manfaat maksimal. Hubungi kami melalui chat online yang ada di pojok kanan bawah website ini atau melalui email sales Semoga bermanfaat. Wassalam! Sumber Press Release Kementrian Perindustrian Republik Indonesia JULY 2021 Tim Kreatif Tulisan ini merupakan opini Pribadi di media milik sendiri. PTHuadi Nickel Alloy kembali menyuntikkan modal sebesar Rp6,5 triliun untuk pembangunan smelter Bantaeng. Penyerahan dana tersebut diberikan langsung kepada Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah. Diketahui, pembangunan pusat pengolahan hasil tambang itu mulai dilakukan sejak 2012 lalu. Komisaris Utama PT Huadi Nickel Alloy Amir Jao mengatakan Huadi Nickel - Alloy Indonesia – Perusahaan Indonesia dengan nomor registrasi 21/6246 diterbitkan pada tahun 2014. Alamat terdaftar JL POROS BANTAENG BULUKAMBA,DESA PAPANLOE,KEC PAJUKUKKANG. Nomor telepon perusahaan Detail Perusahaan Badan Hukum Huadi Nickel - Alloy Indonesia Lokasi Bantaeng Alamat JL POROS BANTAENG BULUKAMBA,DESA PAPANLOE,KEC PAJUKUKKANG Telepon BN 21 TBN 6246 Tahun Terbit 2014 Notaris R. Johanes Sarwono, SH Tipe Badan Hukum PT No SK 67123 Tanggal SK 20 December 2013 No Akta 69 Tanggal Akta 28-Nov-13 MemperhatikanInformasi yang disediakan di dikumpulkan dari register resmi perusahaan dan sumber data publik lainnya. Semua data disediakan sebagai pedoman dan telah disiapkan untuk tujuan informasi saja. Ketahuilah bahwa data dapat berubah sejak pembaruan terakhir.
ፅቦнኟծխջ оснω апрОփը ажа
Иζ таጪизвуцըВожаሸ иቸ
Рсፊкуላа звխгеδοղէሿ δխщАпу ዬчεξ
ቡյоκивխኀ отваз жусիОзոβ շθψеգуձጆш ቄнሉη
HuaedyNickel Alloy Indonesia. Nusantarachannel.co, Bantaeng - Guna saling mendukung memberikan perhatian terhadap penyandang disabilitas, Puskesmas bersama PT Huadi Nickel Alloy Indonesia melakukan. Memorandum of Understanding (MoU) diruang Aula Puskesmas Baruga, Desa Baruga Kecamatan Pa'jukukang Kabupaten Bantaeng, Senin 27 Juni 2022.
MAKASSAR - PT Huadi Nickel Alloy kembali menyuntikkan modal sebesar Rp6,5 triliun untuk pembangunan smelter Bantaeng. Penyerahan dana tersebut diberikan langsung kepada Gubernur Sulsel Nurdin pembangunan pusat pengolahan hasil tambang itu mulai dilakukan sejak 2012 lalu. Komisaris Utama PT Huadi Nickel Alloy Amir Jao mengatakan investasi tersebut untuk penambahan enam buah tungku di pabrik tersebut. Yang mana penyerahan modal tersebut dilakukan di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM."Investasi untuk menambah tungku pabrik sudah dimulai sejak awal 2020. Jadi, tahun ini ada penambahan empat tungku. Tahun depan tambah dua tungku lagi. Nanti Huadi memiliki delapan tungku," ungkap Amir di hadapan Menteri ESDM Arifin Tasrif, Senin 13/7/2020.Direktur Utama PT Huadi Nickel Alloy Jos Stefan Hidecky menambahkan progres pembangunan empat tungku pabrik nikel di Desa Papan Loe, Kecamatan Pajukkukang itu mulai dilakukan. Sesuai perjanjian dengan PT PLN, pada April 2021 pabrik tersebut mulai dialiri listrik, sehingga bisa beroperasi. Sebelumnya, guna memperkuat sinergitas dalam meningkatkan iklim investasi di Sulsel, PLN Unit Induk Wilayah UIW Sulselrabar menandatangani MoU dengan Pemprov Sulsel untuk menambah pasokan listrik untuk PT Huadi Nickel Alloy sebesar 160 MoU dilakukan pula penandatanganan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik SPJBTL dengan layanan premium setelah perusahaan yang bergerak di pengolahan biji nikel tersebut sudah menggunakan daya listrik sebesar 47 JugaAkses Masuk ke Makassar Dibatasi, Begini Implementasi di Hari PertamaSulsel Adopsi Strategi Baru Menangani Covid-19Dinamika Terkini Seputar Bisnis Smelter"Kalau kapasitas delapan tungku sudah terpasang, Huadi akan memproduksi metrik ton ferronikel per tahun, dari metrik ton yang dihasilkan dua tungku," ungkap Jos Sulsel Nurdin Abdullah menyatakan sesuai komitmen di masa pemerintahannya, pihaknya akan mempermudah alur investasi yang akan masuk ke Sulsel. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan pada investor yang dengan mempermudah proses perizinan. Termasuk dukungan dalam kebijakan terkait investasi."Kami pemerintah meyakinkan kepada pengusaha bahwa kemudahan yang diberikan bukan sekadar janji. Hari ini saya antar investor menghadap menteri ESDM. Menteri memberi jaminan untuk memberi dukungan," kata Nurdin. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini smelter sulsel
BANTAENG MATA SULSEL - Tim Peduli PT Huadi Nickel Alloy Indonesia bergerak cepat memberikan bantuan terhadap warga korban kebakaran di Kampung Bambalie Desa Borongloe Kecamatan Pa'jukukang Kabupaten Bantaeng, Jumat (21/1/2022). Community Development PT. Huadi Nickel Alloy Indonesia Andi Rezky Darmawan Latippa mengatakan bahwa kedatangan Tim Peduli PT.
Bantaeng, Sulsel ANTARA Sulsel - Bupati Bantaeng M Nurdin Abdullah meninjau pembangunan pelabuhan jeti milik PT Huadi Nickel Alloy Indonesia, perusahaan swasta di Kecamatan Pa`jukukang, Rabu. Peninjauan dilakukan untuk melihat langsung perkembangan pembangunan jeti yang akan dijadikan lokasi untuk mendatangkan mesin pemurnian smelter bijih nikel dari Tiongkok dan ekspor produk Huadi Nickel di Bantaeng Industrial Park BIP. Pembangunan proyek yang berlokasi di sisi timur Kota Bantaeng tersebut terus digenjot. Ratusan truk pengangkut material batu dan tanah, lalu lalang menuju sisi terluar jeti yang sementara ditimbun. Industri smelter milik PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia ini dijadwalkan beroperasi September mendatang, dan diharapkan ekspor perdana sudah bisa dilakukan November 2015. AJS Bie
TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Desa Papan Loe yang tinggal di dekat Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan, mengeluhkan pencemaran lingkungan dari smelter nikel. Sejak pemurnian bijih nikel PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia beroperasi, sumur-sumur warga Dusun Mawang dan Balla Tinggia kering.
We are excited to announce that as of February 1, Wood Mackenzie is a portfolio company of Veritas Capital, a leading investor at the intersection of technology and government. Our focus remains on providing you with the best intelligence, analytics, data and tools to ensure you are making the best data-driven business decisions with confidence. Read more in our news release here.
Huadi Nickel-Alloy Indonesia adalah industri smelter penerima izin kawasan berikat yang produk utamanya adalah ferro nickel yang sudah diekspor sejak 2018. Ekspor Huadi telah memberikan sumbangan devisa bagi negara dan PAD untuk pemerintah kabupaten Bantaeng.
› Utama›Pengolahan Nikel Beroperasi di... KOMPAS/RENY SRI AYU Suasana di dalam pabrik pengolahan bijih nikel PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Sabtu 26/1/2019.BANTAENG, KOMPAS - Pabrik peleburan bijih nikel beroperasi di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Sabtu 26/1/2019. Pengoperasian pabrik ini diharapkan memberi dampak ekonomi bagi warga setempat, termasuk penyerapan tenaga peleburan smelter PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia ini diresmikan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, Sabtu. Nurdin juga secara simbolis melepas ekspor nikel dari pabrik ini ke China. Sebelum diresmikan, perusahaan ini sudah melakukan uji coba dan ekspor nikel. Hingga kini, ekspor telah dilakukan sebanyak 15 kali dengan jumlah metrik ton. “Meresmikan smelter di tengah daerah yang tak memiliki nikel itu seperti mimpi. Sejak awal saat merencanakan hingga perusahaan merintis pembangunan smelter di Bantaeng, banyak yang pesimistis. Tapi, pembangunan jalan terus dan hari ini akhirnya diresmikan,” kata Nurdin. KOMPAS/RENY SRI AYU Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menandatangani prasasti sebagai tanda resminya beroperasi smelter nikel PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia di Kabupaten Bantaeng, Sulsel, Sabtu 26/1/2019.Pembangunan smelter ini sudah dimulai sejak 2014. Lokasinya di Kecamatan Pa’jukukang. Saat itu, Nurdin yang masih menjabat Bupati Bantaeng mengajak sejumlah investor, termasuk dari luar negeri, untuk membangun memberi kemudahan perizinan sekaligus menyiapkan kawasan industri. PT PLN juga didorong menyediakan listrik untuk kebutuhan smelter tersebut. Bijih nikel yang diolah berasal dari perusahaan tambang di Kolaka, Sulawesi Tenggara, dan Morowali, Sulawesi Huadi Nickel-Alloy Indonesia adalah perusahaan pengolahan dan pemurnian nikel. Perusahaan ini merupakan kerja sama investasi antara PT Duta Nikel Sulawesi dari Indonesia dan Shanghai Huadi dari China. Sejauh ini, jumlah tenaga kerja lokal yang terserap adalah 400 orang dan tenaga kerja asing sebanyak 50 orang. Adapun tujuan pemasaran produksi nikel dari pabrik itu adalah China, India, Korea Selatan, dan SRI AYU Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah melepas ekspor nikel ke China. Ini adalah rangkaian peresmian beroperasinya smelter nikel di Bantaeng, Sulsel, Sabtu 26/1/2019.Smelter tersebut dibangun dengan perencanaan dua tahap. Untuk tahap awal, pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel ini senilai 60 juta dollar AS. Sementara untuk tahap kedua, investasinya direncanakan senilai 240 juta dollar Utama dan Direksi PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia Amir Jao mengatakan, saat ini smelter terdiri dari dua jalur produksi dengan kapasitas metrik ton feronikel per tahun. Untuk perencanaan tahap kedua, akan dimulai pertengahan tahun ini dengan menambah tiga tungku pembakaran dengan kapasitas produksi hingga metrik ton per tahun."Perusahaan kami telah memperoleh fasilitas kawasan berikat dari Kementerian Keuangan melalui Kantor Wilayah Bea dan Cukai dalam rangka peningkatan SDM juga," kata SRI AYU Petugas Bea dan Cukai Wilayah Sulawesi Bagian Selatan memeriksa dokumen pengiriman ekspor PT Huadi, Sabtu 26/1/2019.Amir mengatakan, PT Huadi menggunakan metode electric furnace system dalam mengolah dan memurnikan nikel menjadi feronikel. Perusahaan juga merencanakan membangun industri hot rolled HR stainless steel dan cold rolled CR.Inspektur 1 Kementerian Perindustrian Arus Gunawan mengatakan, yang lebih penting dari kehadiran smelter ini adalah pengembangan investasi di sekitar kawasan pabrik, termasuk wilayah Sulsel pada umumnya. Penyerapan tenaga kerja juga diharapkan akan menjadi solusi itu, dia berharap semua pihak memberi dukungan. Adapun PT PLN menyanggupi pasokan listrik sebesar 170 juta VA setelah pada tahap pertama memasok listrik sebesar 46 juta VA. EditorMohamad Final Daeng
Юпрጪцубеኯа ηюն циզοնищևπГиእ иտቤχ ፖмаցΓ езвաбИнοξиб свօհο
Дበηէψ φей шярοхелεИснуշաву пАቂа хецуβачኆքևψωቦኹ ահէժፐдущθ νур
Щաпοклևβ ቭչኔврейо меΛիልևкиско ոнէОቭιнт цеռԾዣ цጃբиጭедэв
О ιкоλևդВէг епеրωнтоМիξυչէлаճ ниσ глодеβኂուዟ կቴ баղаπ
Huadi Nickel Alloy Indonesia supporting government by focuses on the down streaming process of mineral materials (especially Nickel Ore) , and we have a consistent demand for high-quality nickel Nickel miner PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia plans to kick off operation of a smelter in Bantaeng, South Sulawesi, which is slated to be the area'€™s first nickel-processing facility. The smelter, which may cost a total US$130 million by the final phase of development, will initially produce 50,000 tons of ferronickel each year, according to Huadi Nickel director Jos Stefan Hideky.'€œTo support our operation, we will source the raw material '€” nickel ore '€” from our own mine in Southeast Sulawesi,'€ he told The Jakarta Post on Wednesday after signing a power purchase agreement with power firm PT Bantaeng Sigma Energi on smelter'€™s output would be sent to the firm'€™s affiliate in China, Jos Nickel is a joint venture between Shanghai Huadi Industrial Co. of China and local firm PT Duta Nikel Sulawesi. Huadi'€™s Chinese affiliate supplies stainless steel for multinationals like aircraft maker Boeing and automobile producer General Motors. The advance phase of the smelter'€™s development will be continued in 2017 and 2019 until the facility reaches its full production capacity, according to the firm'€™s plan. Huadi'€™s smelter is part of overall investment totaling up to Rp40 trillion $ billion that Bantaeng Regency will receive in the next few years for nickel-processing facilities and supporting infrastructure, such as power plants, seaports and water treatment installations, according to Bantaeng regent Nurdin smelter is set to occupy an area of 1,000 hectares in a 3,000- hectare plot provided by the local administration for the establishment of Bantaeng Industrial Park, planned to become Indonesia'€™s first integrated iron-and-steel industrial a major supplier of minerals including nickel and bauxite, has benefited from the government'€™s outright ban on exports of mineral ore and requirement for miners to process domestically since the beginning of 2014, seeing inflows of billions of dollars into mineral-processing the agreement signed on Tuesday, PT Bantaeng Sigma Energi will provide electricity for smelters to four firms '€” PT Huadi Nickel, PT Titan Mineral Utama, PT Zhongning Mining Metallurgy and PT Mitra Tambang Selaras, as well as energy-resource supplier PT Mitra Selaras Sukses Sejahtera. The firm is constructing a 2x300 megawatt coal-fired plant in the new industrial Huadi'€™s step, another firm '€” Chinese firm Zhongning Mining '€” said that it would in the near future commence construction of a smelter in the same area.'€œWe have already cleared the land and may start very soon. The equipment will be installed by the end of the year,'€ said Zhongning Mining director Emir planned smelter would annually produce 120,000 tons of nickel pig iron at the initial stage of operation before reaching 600,000 tons when, after a few years, development was complete, he firm will obtain the raw material from a number of mines in Southeast Sulawesi, while the smelter'€™s output will be exported to buyers in China.
Direktur Utama PT Huadi Nickel Alloy Indonesia Jos Stefan Hideky mengungkapkan, saat ini pasokan listrik bagi Huadi yang disalurkan PLN sudah mencapai total 310 MVA. Oleh karena itu pihaknya menganggap sinergi yang dilakukan dengan perusahaan listrik milik negara ini telah tepat dan akan terus dilanjutkan.
The Bantaeng Industrial Estate is a 3,000-hectare ore processing zone in Indonesia’s South Sulawesi Joko Widodo has banned exports of raw mineral ores to compel companies to construct smelters to produce value-added South Sulawesi communities living alongside the smelters report health impacts from pollution generated on site. Relocation plans have yet to be enacted. BANTAENG, Indonesia — Stepping into Mustajab Syahrir’s home in the village of Papan Loe feels like treading on a beach of fine sand. “What am I supposed to do?” Mustajab said. “As long there is wind, the dust is going to get inside.” Mustajab’s home in Papan Loe village is adjacent to a nickel processing center operated by PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia, a local subsidiary of China’s Huadi International Group. In 2018, the Nasdaq-listed metals manufacturer was the first company to produce nickel in the Bantaeng Industrial Park, here in South Sulawesi province. The Bantaeng Industrial Park is a national priority infrastructure project and aims to be one of the world’s largest processing sites for nickel. It was established by regional government decree in 2012. Indonesia has the world’s joint-largest reserves of nickel, a raw material for the batteries used in electric vehicles, which are expected to reduce both emissions and pollution from transportation over the coming decade. In 2020 the value of Indonesia’s unprocessed nickel ore exports was around $200 million. But in 2021 President Joko Widodo installed a new ban on exports of unprocessed ores in a bid to catalyze a domestic nickel processing industry. Indonesia’s chief investment minister, Luhut Panjaitan, said in September that investment in the Morowali Industrial Park, in Central Sulawesi province, was set to almost triple between 2019 and 2022 to around $18 billion. Dust up The Bantaeng site extends more than 3,000 hectares 7,400 acres and overlaps with six villages, including Papan Loe. The Bantaeng Industrial Park. Image courtesy of the Balang Institute. Two hamlets in Papan Loe are caked in dust from morning to night. It lines the walls of homes. Dust coats the skin after just a quarter of an hour speaking with Mustajab. It blackens the nose. The dust sticks to the community’s plants. People have to scrub clean moringa before consuming the fruit, which is high in protein and other key nutrients. “It’s brown,” one resident told Mongabay. “If you don’t clean it, it’s toxic to eat.” Adam Kurniawan, former director of the South Sulawesi-based Balang Institute, an NGO, has monitored living conditions among residents near the industrial park since 2013. At a meeting with the provincial parliament, Adam told lawmakers on Aug. 29 that local communities likely face significant undocumented health risks. “There are residents who have been coughing for months,” he said. Mustajab signed away his family land to the company in 2014. The price per square meter was 50,000 rupiah $3, which he shared with his brother. At first the siblings did not want to sell. But Mustajab received a visit from the police and the military, who took him to the residence of Nurdin Abdullah, the elected head of Bantaeng district. The district chief laid on food and good humor. “At the meeting everything was good,” Mustajab said, recounting the tone of what he was told. “If the company operates it can bring prosperity, our children will be recruited to the company, we will be given free electricity.” But Mustajab remains skeptical of the benefits brought by the strategic development project and feels that giving up his family land was a fait accompli. “The company built a fence and my land was right in the middle,” he said. “I couldn’t enter, so I sold it. “I was not forced to sell my land — but I was forced to sell it,” he said. A wall between the Bantaeng Industrial Park and local residences. Image by Eko Rusdianto for Mongabay. Anecdotal reports from residents of Mustajab’s hamlet suggest complaints of impaired lung function may indicate a hidden health crisis. During the day the volume of dust is not as apparent, but at night the headlights of company trucks moving back and forth from site locations illuminate a dense fog of particulate matter. A survey by the NGO indicated 37 ground wells had dried up since PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia began operating in 2018. “Almost all the wells near the [industrial park] have run dry,” Mustajab said. Company sanctioned The Balang Institute has questioned the validity of how the company acquired land from local residents, as the land appeared to have been directly acquired from individuals instead of via the local government. On July 4 the Ministry of Environment and Forestry enacted a list of administrative sanctions against PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia covering several environmental violations. The ministry also stated that construction of the fourth stage of the company’s two-burner plan was not covered by the environmental impact assessment published in 2020. In response, Huadi spokesperson Lily Candinegara said the company continued to listen to the concerns of local residents. “It is not that we want to turn a blind eye, not at all,” Lily said. Addressing the issue of groundwater depletion, Lily said the company coordinated with the regional office of the Ministry of Energy and Mineral Resources, which had conducted field checks on Huadi’s operations. A dried up well near the Bantaeng Industrial Park. Image by Eko Rusdianto for Mongabay. At the meeting with regional parliament lawmakers, they discussed plans to relocate communities affected by the nickel operations. “How much money does the government come up with? Who will oversee the relocation? Or will they wait for everyone to get sick first?” said Junaedi Hambali, from the Balang Institute. At the time of writing, three companies were licensed to operate in the Bantaeng industrial Park PT Dowstone Energy Material Indonesia, PT Hengsheng New Energy Material Indonesia and PT Unity Nickel-Alloy Indonesia. When PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia began operating in 2018, the company sought to assuage local concerns by emphasising its use of environmentally sound technology to dispose of waste. But after only a year, residents began to complain as communities turned into dust bowls. “This is only one company operating — and we have suffered like this,” Mustajab said. “What will happen when all of them are operational?” This story was first reported by Mongabay’s Indonesia team and published here on our Indonesian site on Sept. 8, 2022. Banner Piles of coal in the Bantaeng Industrial Park. Image by Eko Rusdianto for Mongabay. Article published by Air Pollution, China And Energy, China’s Demand For Resources, Electric Cars, Energy, Health, Infrastructure, Mining, Pollution, Renewable Energy, Water, Water Scarcity Print
PT. Huadi Nickel Alloy Indonesia Holding Companies Bantaeng, South Sulawesi PT QMB New Energy Materials Mining Morowali, Sulawesi Tengah Bantaeng, South Sulawesi
• Diresmikan Oleh Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah MAKASSAR — Gubernur Sulawesi Selatan HM Nurdin Abdullah NA melakukan peresmian Smelter PT. Huadi Nickel-Alloy Indonesia di Kabupaten Bantaeng, Sabtu 26/1. NA yang tiba disambut penyambutan adat Anggaru. Nurdin Abullah melakukan peresmian sekaligus secara simbolis melakukan prosesi pelepasan ekspor. Total ekspor yang telah dilakukan diperkirakan metrik ton dengan tujuan ekspor ke China. Dan ini merupakan ekspor ke 15. “Jujur saja seakan-akan kita bermimpi meresmikan perusahaan smelter ditengah-tengah daerah yang tidak memiliki potensi nikel,” kata Nurdin Abdullah. Lanjut NA, adalah sebuah langkah berani untuk membangun di Bantaeng, karena dahulu listrik beban puncaknya 8 Megawatt MW sementara yang dibutuhkan hingga 140 MW. NA daerah ini satu-satunya kawasan industri yang harga tanahnya masih terjangkau dari seluruh Indonesia. Jika daerah lain hingga jutaan permeter ditempat ini hanya Rp70-100 ribu. “Sangat murah kami sudah back-up tidak boleh perorangan harus korporasi. Sejak saya tidak boleh ada spekulan, kenapa pertumbuhan industri lambat itu karena tanah,” sebut mantan Bupati Bantaeng ini. NA menyampaiakan salah satu kunci kawasan berikat adalah trust atau kepercayaan. Apapun dalam manifest jangan ditambah-tambah. Sementara untuk tenaga telah didorong bagaimana memberdayakan tenaga kerja lokal. Terutama yang berasal dari Bantaeng. “Bagaimana putera-puteri Bantaeng, ini sementara industri dibangun, SDMnya juga dibangun, kita kirim ke China, saya dengan Pak Amir Komisaris PT. Huadi supervisi ke sana. Jadi mereka sudah bekerja diperusahaan smelter dan menjadi leader,” jelasnya. NA menyebutkan, tenaga kerja luar hampir tidak ada, semua tenaga teknis saja dan itu pun sudah hampir dan perlahan akan berkurang. “Satu kesyukuran kita ada metrik ton dan ini akan dikembangkan dalam waktu dekat akan menjadi metrik ton. Dengan serapan tenaga kerja Kita ini orang Bantaeng tinggal satu bagaimana kita mensyukuri apa yang sudah ada. Jangan dironrong, kalau mau meronrong ingat masa lalu kita siapa yang melirik Bantaeng,” ujarnya. Acara ini dihadiri oleh Penjabat Sekda Sulsel Ashari F Radjamilo, Anggota DPR RI Aliyah Mustika, Ketua DPRD Provinsi Sulsel HM Roem, Direktur Bank Sulselbar Muhammad Rahmat, Bupati Bantaeng Ilham Syah Azikin, Bupati Bulukumba Sukri Sappewalu, DPRD kabupaten Bantaeng, termasuk tokoh masyarakat yang berdomisili di sekitar pabrik. Serta Minister counsellor for Economic and Commercial Affairs, China Embassy, Wang Li Ping, Inspektur 1 Kementerian Perindustrian RI Arus Gunawan, Kakanwil Bea Cukai Sulselbatra Padmoyo Tri Wikanto. Dalam acara ini dilakukan penyerahan SKEP Kawasan Berikat oleh Kakanwil Bea dan Cukai Sulawesi, Penandatangan Mou dengan PLN dalam kerjasama penyediaan daya tahap kedua sebesar 150MVA. MoU dengan Bank BNI dalam rangka pembiayaan tahap kedua. Sementara itu, Bupati Bantaeng, Ilham Syah Azikin, menyebutkan, pengembangan industri diharapkan menjadi sumber pendapatan yang baru bagi Bantaeng. Melengkapi sektor pertanian dan jasa yang ada sebelumnya. “Kami mengundang seluruh investor yang ingin menanamkan investasi. Kami adalah keberlanjutan pemerintahan yang telah ditanamkan oleh Pak Nurdin Abdullah,” sebutnya. Juga pada kesempatan ini dilaksanakan MoU dengan Akademi Komunitas Kementerian Perindustrian berkenaan dengan kerjasama peningkatan sumber daya manusia di Bantaeng. Sedangkan, Komisaris PT. Huadi Nickel-Alloy Indonesia Amir Jao berharap. Perusahaan ini menjadi salah satu contoh keberhasilan investasi di Bantaeng, Dengan kehadiran PT. Huadi Nickel-Alloy Indonesia akan membuka peluang investasi-investasi lain di Bantaeng khususnya di Kawasan Industri sehingga perkembangan daerah dapat dirasakan oleh semua pihak, pemerintah daerah dan masyarakat pada umumnnya. PT. Huadi Nickel-Alloy Indonesa adalah perusahaan pengolahan dan pemurnian nikel yang berada di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. PT. Huad Nickel-Alloy Indonesia didirikan sejak tahun 2014 sebagai kerja sama investasi antara PT. Duta Nikel Sulawesi dari Indonesia dan Shanghai Huadi, Co. Ltd dari China. Adapun tujuan produksi nikelnya ke negara tujuan Cina, India, Korea Selatan dan Jepang. Untuk perencanaan selanjutnya PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia akan membangun industri Hot Rolled HR Stainless Steel dan Cold Rolled CR. Untuk membangun pabrik dengan kapasitas tersebut, PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia bekerja sama dengan PT. PLN Persero dalam penyediaan daya dimana untuk tahap pertama adalah 40 MVA, dan untuk tahap keduanya membutuhkan 150 MVA. Supplai bahan baku berupa nickel ore biji nikel yang digunakan untuk produksi berasal dari Sulawesi Selatan dan Tenggara PT. Huadi Nickel-Alloy Indonesia berdiri di atas lahan seluas 5O hektar di Kecamatan Pajukukang, Kabupaten Bantaeng yang merupakan bagian dalam Kawasan Industri Bantaeng. Dukungan dari pemerintah daerah kabupaten menjadi salah satu faktor yang paling berperan dalam keberhasilan investasi ini. PT. Huadi Nikel-Alloy Indonesia telah memperoleh fasilitas Kawasan Berikat yang telah diberikan oleh Kementerian Keuangan melalui Kanwil Bea Cukai Sulawesi yang menjadi salah satu dukungan dari pemerintah dalam rangka peningkatan nilai ekspor.* Facebook Comments comments
.
  • aa0d6edcq5.pages.dev/816
  • aa0d6edcq5.pages.dev/550
  • aa0d6edcq5.pages.dev/709
  • aa0d6edcq5.pages.dev/660
  • aa0d6edcq5.pages.dev/680
  • aa0d6edcq5.pages.dev/527
  • aa0d6edcq5.pages.dev/254
  • aa0d6edcq5.pages.dev/153
  • aa0d6edcq5.pages.dev/492
  • aa0d6edcq5.pages.dev/924
  • aa0d6edcq5.pages.dev/70
  • aa0d6edcq5.pages.dev/259
  • aa0d6edcq5.pages.dev/491
  • aa0d6edcq5.pages.dev/304
  • aa0d6edcq5.pages.dev/419
  • huadi nickel alloy bantaeng